Anak-Anak Pacitan Mainkan Sepak Bola Api Brojo Geni, Gambaran Nyali dan Semangat Islami
PACITAN (KORAN KRIDHARAKYAT.COM) - Ada pemandangan tak biasa di alun-alun Pacitan, Sabtu (16/11) malam. Sekelompok pemuda memainkan sepak bola. Tapi bukan bola biasa, melainkan bola api. Para pemainnya pun tak berkostum juga tak bersepatu layaknya tim sepak bola, melainkan nyeker alias tanpa alas kaki.
Pertandingan ini merupakan rangkaian acara yang dihelat Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Pacitan.‘’Ini bukan cuma main bola. Ada nyali, ada tradisi, dan ada doa di dalamnya,’’ tutur Kasatkorcab Banser Pacitan Slamet Riyanto, di sela pertandingan. Sebanyak 14 tim berlaga mengadu nyali dan kepiawaian mengolah dan memainkan bola api.
Termasuk perwakilan dari seluruh Pimpinan Anak Cabang (PAC) Ansor Kabupaten Pacitan, tim Santri Petarung Romantis (SPR), hingga tim senior dari PC Ansor sendiri. Bola yang digunakan dari buah kelapa tua yang direndam bahan bakar minyak, dan dibakar hingga menyala.
Siapa pun yang menginjakkan kaki di lapangan harus siap menghadapi panasnya api tanpa alas kaki. ‘’Kalau tidak punya amalan khusus, jangan coba-coba. Ini bola, bukan lilin ulang tahun,’’ kelakarnya. Seperti sepak bola lazimnya, permainan ini penuh strategi yang tujuan akirnya mencetak gol. Sorakan penonton mengiringi setiap momen tegang di lapangan. Panasnya bola bukan hanya soal suhu, tapi juga semangat. Ketika bola mendekati gawang, tepuk tangan membahana, memecah dinginnya malam Pacitan.
Acara dibuka dengan tari-tarian tradisional yang diiringi gending salawat Jawa, dilanjutkan pembacaan sinopsis oleh seorang dalang. Ketua PC GP Ansor Pacitan Zainal Arifin menyebut Brojo Geni lebih dari sekadar olahraga.‘’Ini adalah cara kami melestarikan warisan budaya tak benda, memperkuat kekompakan antar PAC, dan menjaga nilai-nilai Islam. Semua ini menjadi satu, tanpa sekat,’’ bebernya.
Di tengah malam yang berakhir dengan piala dan senyum, Brojo Geni tak hanya menjadi ajang olahraga, tetapi juga simbol perjuangan melestarikan tradisi. Tradisi yang tak boleh padam, yang harus terus menyala untuk anak cucu.‘’Selama ada nyali, doa, dan komitmen, Brojo Geni di Pacitan akan terus hidup,’’ yakinnya.
Tak hanya dari Ansor, apresiasi juga datang dari Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disbudparpora) Pacitan, Turmudi.Menurut dia, ini adalah bentuk nyata dari kekayaan budaya Pacitan.‘’Kegiatan seperti ini tidak hanya melestarikan budaya, tetapi juga menjadi daya tarik wisata,’’ jelasnya. Demikian sebagaimana diinformasikan oleh Radar Madiun. (KR-LID/AS)