Lahan Tembakau Di Wilayah Kare Mengalami Peningkatan Tiga Tahun Terakhir
MADIUN (KORAN KRIDHARAKYAT.COM) - Petani banyak yang memanfaatkan lahan kosong untuk menanam tembakau dibandingkan jenis hortikultura seperti padi dan jagung. "Tembakau ini lebih menguntungkan dibanding padi dan jagung, per hektarenya bisa menghasilkan 1,7 ton dengan masa panen tiga bulan setelah tanam, dan bisa panen 2-3 kali setiap tanam," ujar Sujianto, petani tembakau asal Desa Cermo, Kecamatan Kare, Senin (19/8/2024) lalu.
Penyuluh pendamping Desa Cermo Ari Satria menyebutkan jika potensi lahan tidur di wilayah Kare mencapai 2.000 hektare. Kemudian pada 2021 lalu di Kare mulai menanam tembakau di lahan seluas empat hektare tanpa kemitraan. Setelahnya, naik jadi 23 hektare pada berikutnya tepatnya mulai masuk kemitraan dengan pabrik. "Sejak itu naik terus, pada 2023 lalu luasan lahannya 50 hektare dan tahun ini mencapai 150 hektare untuk Kecamatan Kare," paparnya.
Sedangkan tembakau yang ditanam jenis kasturi yang secara grade terbaik dan diterima kemitraan pabrik. Menurutnya semakin luasnya lahan tembakau ini disebabkan banyaknya petani yang tertarik pada tanaman ini. Apalagi nilainya lebih menguntungkan dibandingkan menanam padi, jagung, kacang tanah dan ketela rambat sebagaimana sebelumnya. "Perawatan tembakau ini lebih murah dibanding biaya usaha tani (BUT) padi. BUT tembakau dengan populasi tanaman 18 ribu sampai 20 ribu per hektare diangka Rp 20 juta sampai Rp 25 juta," katanya.
Sedangkan dari segi harga jual, pada tahun lalu harganya lumayan tinggi dan permintaanya cukup banyak. Saat itu harga jual tembakau kering dengan grade paling tinggi kisaran Rp 50 sampai Rp 55 ribu per kilogram. Untuk grade terendah Rp 30 ribu sampai Rp 35 ribu per kilogram. "Saat ini harganya belum keluar, tapi acuannya masih harga tahun lalu itu dan kemungkinan tahun ini bisa ada kenaikan karena kebutuhan juga sedang naik," tuturnya. Demikian sebagaimana diinformasikan oleh Radar Madiun. (KR-FEB/AS)