Berita Utama

[News][bleft]

Sari Berita

[Sekilas][twocolumns]

Festival Lukis Grebeg Suro 2025 Usung Tema Semangat Ponorogo Hebat


PONOROGO (KORAN KRIDHARAKYAT.COM) - Pemandangan unik muncul di pedestrian Jalan HOS Cokroaminoto Ponorogo bersamaan puluhan orang melukis di depan gedung eks-SMPN 3 Ponorogo, Sabtu (21/6/2025) lalu. Ya, festival lukis di ruang bebas itu menjadi pembuka pameran seni rupa Sanggar Zhor Zhamboe yang selalu mewarnai Grebeg Suro saban tahun.


Titis Mursito, penanggung jawab Festival Lukis Grebeg Suro 2025, menyebut jumlah peserta tembus 50 orang. Mereka bukan saja berasal dari pelukis atau mahasiswa jurusan seni rupa, melainkan juga masyarakat umum yang gemar melukis. “Tema lukisan bebas asalkan mewakili semangat Ponorogo Hebat,” kata Titis Mursito.


Hasilnya di luar dugaan karena muncul karya lukis beragam. Mulai dari lukisan warok, kaligrafi, jalanan di Ponorogo, hingga landscape alam, bahkan lukisan abstrak. Festival lukis, kata Titis, berbeda konsep dengan lomba melukis atau pemeran lukisan oleh perupa profesional. “Siapa saja boleh ikut festival dan lukisan mereka akan dipamerkan bersama hasil karya pelukis dari Sanggar Zhor Zhamboe,” ungkapnya.



Aktivitas melukis masal di pedestrian itu mengundang perhatian pengguna Jalan HOS Cokroaminoto. Para peserta menggoreskan kuasnya di atas media kanvas. Aroma cat minyak menyeruak di tengah padatnya arus lalu lintas. “Setiap peserta mendapat piagam penghargaan yang ditandatangani Bupati Sugiri Sancoko,” terang Titis Mursito.


Zaky Andriana, salah seorang peserta, melukis dengan tema Dondomono, Jlumatono Kanggo Sebo Mengko Sore dengan gaya pop art yang menonjolkan warna terang. Dia menggambarkan dosa-dosa manusia seperti pakaian yang penuh tambalan. “Terinspirasi dari tembang Ilir-ilir, bulan Suro menjadi saat yang tepat untuk refleksi diri,” ujar Zaky yang berprofesi guru bimbingan konseling di SMPN 2 Ponorogo itu.Semangat yang sama ditunjukkan Nade Susilo yang membuat lukisan suasana kawasan HOS dengan teknik satu titik lenyap. 



Tergambar patung warok, tulisan Ponorogo Hebat, dan lampu taman berbentuk bulu merak. “Saya memberi tugas anak-anak melukis dengan teknik satu titik lenyap, sekalian memberi contoh,” jelas guru seni rupa SMAN 1 Ponorogo itu yang bersama Zaky bergabung di Sanggar Zhor Zhamboe.


Sedangkan Jagad Wisa, tercatat peserta yang paling muda. Anak berusia 6 tahun itu sedang berlibur di rumah kakeknya di Ponorogo ketika spontan ingin ikut festival lukis. “Cucu saya besar di lingkungan seniman, kami membatasi akses digital kepadanya,” ucap Kuisar, saat mendampingi Jagad Wisa melukis pemandangan di atas kanvas. Demikian sebagaimana diinformasikan oleh Dinas Kominfo Kabupaten Ponorogo. (KR-YUN/AS)

IKLAN

Recent-Post