Berita Utama

[News][bleft]

Sari Berita

[Sekilas][twocolumns]

SMA Bima Dari Ambulu Tak Pernah Absen Ikuti Festival Nasional Reog Ponorogo (FNRP) Sejak 2016 Lalu

PONOROGO (KORAN KRIDHARAKYAT.COM) - Darah warok masih mendaging di Ambulu hingga kesenian Reog Ponorogo berkembang di salah satu kecamatan di Jember itu. Pun, SMA Bima dari Ambulu tidak pernah absen mengirimkan Kontingen Sardulo Bimo Mudho mengikuti Festival Nasional Reog Ponorogo (FNRP) sejak 2016 lalu.



Sardulo Bimo Mudho mendapat kehormatan sebagai penampil pertama FNRP XXX, Minggu (22/6/2025) malam, di Panggung Utama Alun-Alun Ponorogo. “Di Ambulu, banyak diaspora Ponorogo. Leluhur teman-teman dari sini sehingga seni menjadi bagian dari mereka saat tumbuh dewasa. Reog itu seperti panggilan alamiah,” ungkap Ndaru Purbo Waseso, Tim Produksi Kontingen SMA Bima Ambulu.


Anggota kontingen SMA Bima tidak sedikitpun canggung tatkala menampilkan koreografi Reog Ponorogo versi Bantarangin. Sebab, Sardulo Bimo Mudho sudah kali kesekian tampil di FNRP. Apalagi, keikutsertaan di festival karena inisiatif dari anggota kontingen. “Pihak sekolah memfasilitasi, menjembatani, dan mewadahi minat peserta didik,” kata Ndaru.



SMA Bima membawa rombongan besar dari Ambulu, Jember, ke Ponorogo. Total ada 90 personel yang terdiri 20 penari jathil, 20 warok, dua bujang Ganong, tujuh pembarong, seorang penari Kelono sewandono, serta 20 pengrawit. Sejumlah guru dan alumni bertindak sebagai ofisial. “Para pelatih berasal dari alumni yang secara suka rela membimbing junior-juniornya,” terang Ndaru.


Bukan tanpa kendala, lanjut Ndaru, di balik keikutsertaan Sardulo Bimo Mudho di FNRP XXX. Mereka harus menggalang dana untuk menyokong biaya transportasi dan akomodasi. Perjalanan darat dari Ambulu ke Ponorogo tidaklah dekat. “Kami berangkat Jumat malam, sampai di Ponorogo Sabtu pagi, sebelum tampil Minggu malam. Biaya perjalanan, penginapan, konsumsi, semua kami tanggung sendiri,” jelasnya.



Ndaru berharap ada subsidi dana dari panitia untuk mengurangi beban pembiayaan peserta FNRP. Meskipun dalam sejarah sembilan kali ambil bagian di festival reog kelas nasional, belum sekalipun Sardulo Bimo Mudho menjadi 10 penyaji terbaik. Namun, tidak menyurutkan niat kontingen asal Ambulu, Jember, itu untuk terus terlibat dalam FNRP. “Persaingan di FNRP semakin ketat dari tahun ke tahun,” akunya.


Selanjutnya, kesenian Reog Ponorogo sudah telanjur identik dengan SMA Bima, Ambulu. Sebelumnya, ekstrakurikuler wayang kulit pernah berjalan hingga lahir dalang-dalang muda berbakat. Namun, pelajaran reog yang terbukti eksis seiring perjalanan waktu. “Kesenian reog juga berkembang pesat di Jember,” jelas Ndaru. Demikian sebagaimana diinformasikan oleh Dinas Kominfo Kabupaten Ponorogo. (KR-FEB/AS)

IKLAN

Recent-Post