Oleh : Agnes Adhani
Tahun baru Jawa bersifat inkulturatif, perpaduan budaya Islam dan Jawa ini dirayakan meriah juga di Yogyakarta dan Surakarta. “Kirab Kyai Slamet” dan mengelilingi pura Mangkunegara 7 putaran di Surakarta diyakini memberikan kelimpahan berkat dan kebaikan. Kenduri malam Suro atau Suroan atau Suran diselenggarakan di kampung-kampung dan komunitas kejawen. Yang menarik adalah slametan ‘berdoa bersama secara Islam’, dilanjutkan makan bersama. Yang berbeda dengan slametan lainnya adalah adanya bubur suro, yaitu bubur dari beras yang dilengkapi santan dan rempah-rempah dicampur dengan tujuh jenis kacang-kacangan, sebagai pelengkap dengan harapan tujuh hari selama seminggu penuh kelimpahan berkah dan kebaikan. Bubur disajikan dalam takir, ‘wadah segi empat terbuat dari daun pisang dengan disemat biting ‘penyemat dari lidi’. Sisa bubur biasanya dibawa pulang dan dioleskan pada batang bohon dan diyakini berdampak berbuah lebat dan manis, seperti pohon nangka, mangga, dan kelapa.
Sebagai “Kota Pendekar”, Kota Madiun punya gawe besar pada akhir Juni 2025. Mulai malam 1 Muharam atau 1 Suro menjadi acara puncak pengesahan anggota baru dan kenaikan tingkat anggota Perguruan Silat Setia Hati Terate (PSHT) yang berpusat di Padepokan jalan Merak. Kegiatan Kamis-Minggu, 26-29 Juni 2025 merupakan pesta besar padepokan yang bisa menjadi heritage: ‘warisan budaya, peninggalan yang merepresentasikan sistem nilai, kepercayaan, tradisi, gaya hidup, dan jejak budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi’ di Kota Madiun. Selain itu kegiatan sejenis digelar seminggu kemudian, Kamis-Minggu, 3-6 Juli 2025 oleh Perguruan Silat Setia Hati Winongo Tunas Muda (PSHWTN) yang berpusat di jalan Doho Kelurahan Winongo dengan kemeriahan yang tidak kalah dengan yang diselenggarakan oleh PSHT.
Tiga puluh-dua puluhan tahun lalu, kehadiran dua perguruan silat di Kota Madiun menghadirkan suasana mencekam. Perseteruan kedua perguruan ini kelihatannya sudah mandarah daging. Menjelang malam terjadi konvoi kendaraan roda dua atau kendaraan dengan bak terbuka berpenumpang hitam-hitam dengan tidak taat berkendara mengelilingi Kota dan menimbulkan kengerian dan teror. Pelemparan batu, pemukulan, penjarahan pertamini penjual BBM botolan sungguh anarkhis. Toko dan pasar pada 1 Suro tutup, selain untuk menyambut tahun baru, lebih didasari oleh ketakutan. Untuk pengamanan bahkan seluruh kekuatan Polda Jawa Timur dikerahkan. Kesan ini sudah hilang. Pemkot Madiun sudah mampu mengatasi kekacauan dan kekerasan yang berbasis perguruan silat. Pengaturan keamanan dan adanya maklumat bersama serta koordinasi yang sinergis oleh Forkopimda Kota Madiun sungguh menjadikan Kota Madiun aman dan damai.
Mari kita persiapkan hati menyambut Tahun Baru Hijriyah sekaligus Tahun Baru Jawa dengan merefleksikan perjalanan hidup kita selama setahun sebelumnya dan semakin menyadari bahwa manusia adalah bagian dari semesta alam raya yang perlu kita uri-uri, urup-urup, dan urip-urip. Budaya Jawa yang inkulturatif ini perlu kita lestarikan, nyalakan, dan hidupkan. SELAMAT TAHUN BARU 1447 HIJRIYAH.