Puskesmas Sumbersari Gelar Pelatihan Layanan Ramah Disabilitas untuk Tenaga Kesehatan
MADIUN (KORAN KRIDHARAKYAT.COM) - Bertempat di Ruang Pertemuan Graha Bhakti Sari, lingkup Puskesmas Sumbersari, Saradan telah terlaksana pelatihan DID (Disability Inclusive Development) bagi tenaga kesehatan di tingkat puskesmas yang dilaksanakan selama dua hari, Selasa s/d Rabu, (2/7/2025).
Pelatihan yang diberikan kali ini terkait etika berinteraksi dengan penyandang disabilitas. Dengan tujuan kita mempunyai kepedulian, memberikan pertolongan dan bantuan tanpa memandang kekurangan mereka. Asiah Sugianti, Direktur Paramitra Indonesia dalam hal ini menyatakan bahwa para tenaga kesehatan di puskesmas khususnya, bisa memberikan pelayanan yang ramah kepada pasien disabilitas. Tujuannya jika mendapati pasien disabilitas, kita lebih peduli lagi mulai dari tukang parkir sampai dengan pengambilan obat. “Jadi kalau ada pasien disabilitas, mulai dari tukang parkir, estafet ya, ke bagian pendaftaran sampai nanti ke pengambilan obat,” paparnya.
Lebih lanjut, Asiah Sugianti, Direktur Paramitra Indonesia mengatakan bahwa saat ini hanya melatih 3 puskesmas pembina saja, dikarenakan puskesmas inilah yang ditunjuk oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun yang sesuai prinsipnya adalah sebagai rujukan dari puskesmas lain disekitarnya. Dirinya juga memaparkan penyandang disabilitas merupakan orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental dan atau sensorik dalam jangka waktu lama dalam berinteraksi dengan lingkungan, yang dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh. Maka dari itu, dirinya berharap kedepan pelayanan kesehatan baik yang di puskesmas sampai rumah sakit bisa menjadi layanan yang ramah bagi disabilitas. Salah satunya menggunakan bahasa yang sopan, dan ketika berbicara dengan seorang tunarungu supaya memberikan isyarat yang lebih nyaman dengan menggunakan bahasa isyarat, gerak tubuh, tulisan atau gerakan lisan. Karena setiap manusia memiliki hak untuk dapat beraktifitas dan berpartisipasi secara individu dan sosial.
Norma berkomunikasi dan berinteraksi dengan disabilitas dan non disabilitas merupakan bagian upaya dalam mewujudkan lingkungan yang inklusif. Sehingga prinsip tersebut bisa mendorong meningkatnya kualitas hidup masyarakat sehingga bisa berpartisipasi secara mandiri dan sosial. “Kita selalu melakukan dari hal-hal kecil dulu, kemudian jadi hal-hal yang sangat besar. Dan nantinya kami juga akan melatih pihak rumah sakit juga agar bisa memberikan layanan yang ramah disabilitas gitu,” tutupnya. Adapun pelatihan dihari kedua ini, para peserta diberikan simulasi tentang bagaimana cara beretika terhadap penyandang disabilitas, serta tanya jawab. Demikian sebagaimana diinformasikan oleh Dinas Kominfo Kabupaten Madiun. (KR-YUN/AS)