Tradisi Buceng Porak Meriahkan Grebeg Tutup Suro di Monumen Bantarangin
PONOROGO (KORAN KRIDHARAKYAT.COM) - Tradisi Buceng Porak kembali mewarnai kemeriahan Grebeg Tutup Suro di Monumen Bantarangin, Kauman, Ponorogo, Rabu (23/07/2025) sore lalu. Warga tumpah ruah memadati jalur kirab tumpeng yang dimulai dari Kantor Kecamatan Kauman dan berakhir di pelataran Monumen Bantarangin itu.
Buceng Porak berbentuk tumpeng besar yang tersusun dari palawija, buah-buahan, jajanan tradisional, serta lauk-pauk. Gunungan hasil bumi itu lebih dulu diarak berkeliling, sebelum akhirnya diporak atau diperebutkan isinya oleh masyarakat. Prosesi ini merupakan simbol rasa syukur atas limpahan rezeki, permohonan keselamatan, serta harapan akan keberkahan di tahun baru Hijriah.
Wakil Bupati (Wabup) Ponorogo Lisdyarita yang hadir langsung memberikan apresiasi atas antusiasme warga serta keberlangsungan tradisi budaya yang tetap lestari meskipun di tengah keterbatasan. “Saya berterima kasih karena di masa efisiensi ini kita masih bisa menggelar Buceng Porak yang menjadi bagian dari Grebeg Tutup Suro,” kata Wakil Bupati (Wabup) Ponorogo Lisdyarita.
Buceng Porak mengusung nilai filosofi yang tinggi. Di dalamnya tersimpan pesan kesederhanaan, persaudaraan, serta semangat berbagi tanpa memandang status sosial. Warga dari berbagai kalangan berebut isi buceng tanpa sekat yang mencerminkan semangat kebersamaan. “Buceng Porak ini merupakan salah satu tradisi yang ada di setiap Grebeg Tutup Suro di Monumen Bantarangin. Sebagai bentuk rasa syukur masyarakat atas berkah dan keselamatan,” ungkapnya.
Wakil Bupati (Wabup) Ponorogo Lisdyarita juga menekankan bahwa selain sebagai upaya pelestarian budaya, Grebeg Tutup Suro juga memberi dampak ekonomi yang signifikan, khususnya bagi pelaku UMKM lokal. “Ini bukti bahwa budaya bisa menjadi kekuatan ekonomi lokal,” jelasnya sembari berharap seluruh rangkaian Grebeg Tutup Suro yang masih akan berlangsung hingga 26 Juli dapat berjalan lancar. Grebeg Tutup Suro di Monumen Bantarangin menyimpan sejarah panjang Ponorogo. Lokasi monumen itu diyakini sebagai bekas pusat Kerajaan Bantarangin dengan Prabu Kelono Sewandono sebagai raja. Kelono Sewandono juga menjadi tokoh sentral dalam kisah terbentuknya kesenian Reog Ponorogo. Demikian sebagaimana diinformasikan oleh Dinas Kominfo Kabupaten Ponorogo. (KR-YUN/AS)