Ziarah Leluhur Warnai Grebeg Suro, Bupati Ponorogo Junjung Tinggi Filosofi Mikul Dhuwur Mendhem Jero
PONOROGO (KORAN KRIDHARAKYAT.COM) - Filosofi mikul dhuwur mendhem jero selalu terjaga di Grebeg Suro. Sebab, agenda ziarah makam untuk menghormati jasa leluhur tidak pernah terlewatkan selama perayaan menyambut datangnya Tahun Baru Hijriah di Ponorogo itu. Bupati Pnorogo Sugiri Sancoko beserta jajaran Forkopimda Ponorogo mengawali safari ziarah dengan mendatangi makam Batoro Katong, Rabu (25/6/2025) pagi.
Rombongan memanjatkan doa dan menabur bunga di pusara Batoro Katong yang menjadi adipati pertama di Ponorogo itu. Di Gedong Utama kompleks makam yang sama, juga dimakamkan Patih Seloaji dan Ki Ageng Mirah. “Tri Tunggal Batoro Katong, Patih Selo Aji, dan Ki Ageng Mirah adalah fondasi berdirinya Ponorogo. Mereka menyatukan kepemimpinan, kebijaksanaan, dan nilai-nilai keagamaan dalam membangun daerah,” kata Bupati Pnorogo Sugiri Sancoko yang mendoakan arwah leluhur pendiri Ponorogo mendapat tempat terpuji di sisi Allah.
Rombongan kemudian menuju makam KRMA Mertonegoro di Desa Tajug Kecamatan Siman. Mertonegoro adalah bupati ke-14 Ponorogo yang memindahkan pusat pemerintahan dari Kutho Wetan ke Kutho Kulon. Di lokasi yang baru, dia membangun pendopo, alun-alun, dan Masjid Agung. “Beliau bukan cuma memindahkan pusat pemerintahan, tapi juga membentuk wajah kota yang kita lihat sekarang ini,” jelas Bupati Pnorogo Sugiri Sancoko.
Ziarah berlanjut ke makam Kiai Ageng Muhammad Besari di Tegalsari Kecamatan Jetis. Kiai Ageng Muhammad Besari adalah ulama besar yang mendirikan Pesantren Gebang Tinatar atau Pesantren Tegalsari, tempat lahirnya banyak tokoh dan ulama ternama di Nusantara. “Dari Tegalsari, ilmu dan akhlak menyebar luas. Ini warisan spiritual yang sangat besar bagi Ponorogo,” ujar Bupati Pnorogo Sugiri Sancoko yang mengungkapkan bakal menata Masjid Tegalsari yang satu kompleks dengan makam Kiai Ageng Muhammad Besari sebagai kawasan wisata religi.
Rombongan Bupati Pnorogo Sugiri Sancoko dan jajaran Forkopimda melanjutkan ziarah ke makam Raden Mas Tumenggung Tjokronegoro I di Kelurahan Kauman. Tjokronegoro tercatat bupati ke-15 Ponorogo yang masih trah Kiai Ageng Muhammad Besari. Nama Tjokronegoro kini diabadikan sebagai nama Masjid Agung Ponorogo. “Masjid Agung bukan hanya tempat ibadah, tapi juga lambang penghormatan atas jasa besar beliau,” tutur Bupati Pnorogo Sugiri Sancoko.
Ziarah juga dilakukan ke Makam Raden Mas Mertokusumo di Desa Srandil, Kecamatan Jambon. Ia adalah Patih Kadipaten Polorejo yang setia mendukung perjuangan Pangeran Diponegoro. Gunung Srandil, tempat makam ini berada, diyakini sebagai tempat Mertokusumo menyelamatkan diri dari kejaran pasukan Belanda. “Gunung Srandil jadi bukti sejarah perjuangan bangsa,” ungkap Bupati Pnorogo Sugiri Sancoko.
Ziarah ditutup di Taman Makam Pahlawan (TMP) Wira Patria Paranti. Di TMP yang berada di Jalan Pahlawan Kelurahan Bangunsari itu bersemayam jasad 285 pahawan dari unsur seperti TNI, Polri, pejuang rakyat, hingga yang tak dikenal. Rombongan disambut 35 ketua RT se-Kelurahan Bangunsari. Bupati Pnorogo Sugiri Sancoko menyempatkan diri berdoa dan menabur bunga di satu pusara tempat bersemayam 24 pahlawan tak dikenal. “Taman makam pahlawan mengingatkan kita bahwa kemerdekaan Indonesia datang dengan pengorbanan besar,” tandasnya. Demikian sebagaimana diinformasikan oleh Dinas Kominfo Kabupaten Ponorogo. (KR-YUN/AS)