Berita Utama

[News][bleft]

Sari Berita

[Sekilas][twocolumns]

Muatan Lokal Reog Ponorogo Diajarkan Mulai dari PAUD dengan Cara Menyenangkan


PONOROGO (KORAN KRIDHARAKYAT.COM) - Jaminan kesenian reog tidak akan punah. Sebab, setiap satuan pendidikan anak usia dini (PAUD) di Ponorogo bakal mengenalkan tari warok, tari jathil, dan tari bujangganong ke peserta didiknya. “Kesenian Reog Ponorogo sebagai muatan lokal yang menjadi materi wajib mulai dari PAUD sampai SMA sederajat,” kata Kepala Bidang PAUD dan Pendidikan Non Formal Dinas Pendidikan Kabupaten Ponorogo Yeni Widiastuti, Minggu (3/8/2025) lalu.


Kepala Bidang PAUD dan Pendidikan Non Formal Dinas Pendidikan Kabupaten Ponorogo Yeni Widiastuti, mengatakan satuan PAUD secara aktif mengakomodasi muatan lokal itu ke dalam kurikulum operasional satuan pendidikan (KOSP). Muncul kesepahaman bahwa kesenian reog adalah potensi dan keunikan daerah. “Kiita ingin anak-anak Ponorogo tidak asing dengan budayanya sendiri. Mereka sejak PAUD sudah dikenalkan reog dengan berlatih tari warok, tari jathil, dan tari bujangganong dalam kegiatan ekstrakurikuler,” terangnya.



Bahkan, sejumlah PAUD sengaja mengembangkan pembelajaran berbasis proyek yang mengusung tema budaya lokal itu. Yakni, menggugah pemahaman anak tentang asal-usul Reog Ponorogo berdasarkan cerita rakyat yang berkembang. Setelah itu, menggambar topeng reog lalu menarikan gerakannya. “Mengajak anak-anak mengeksplorasi sesuatu hal secara aktif serta terlibat dalam proses kreatif dengan praktik secara langsung,” jelas Kepala Bidang PAUD dan Pendidikan Non Formal Dinas Pendidikan Kabupaten Ponorogo Yeni Widiastuti.


Membentuk pemahaman tentang budaya atau kearifan lokal di PAUD akan cepat mengena karena desain pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna. Pendekatan model sentra, area, dan pembelajaran kelompok lebih sering diterapkan. “Dikombinasikan dengan pendekatan saintifik dan berdiferensiasi,” imbuh Kepala Bidang PAUD dan Pendidikan Non Formal Dinas Pendidikan Kabupaten Ponorogo Yeni Widiastuti.


Bersamaan tahun ajaran 2025/2026, satuan PAUD di Ponorogo mulai menerapkan pendekatan pembelajaran mendalam dengan menekankan prinsip berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan. Dengan begitu, proses belajar anak usia dini tidak lagi bersifat tekanan. “Tetapi sebagai pengalaman yang membentuk kepribadian dan rasa cinta terhadap lingkungannya, termasuk budaya daerah,” ujarnya.



Kepala Bidang PAUD dan Pendidikan Non Formal Dinas Pendidikan Kabupaten Ponorogo Yeni Widiastuti mengungkapkan, muatan budaya atau kearifan lokal tidak dapat berdiri sendiri. Nilai-nilai karakter dan keagamaan juga menjadi bagian dari kurikulum yang terintegrasi dalam semua aktivitas belajar. Mulai dari intrakurikuler, kokurikuler, hingga ekstrakurikuler. “Nilai seperti sopan santun, berbagi, dan gotong royong ditanamkan lewat keseharian. Nilai-nilai agama juga dikenalkan lewat pembiasaan, seperti salam, doa bersama, dan adab sehari-hari,” ungkapnya. 


Meskipun panduan kurikulum berasal dari kementerian, namun implementasinya tetap mempertimbangkan kondisi dan konteks lokal. Karena itu, setiap sekolah memiliki keleluasaan dalam memilih metode serta kegiatan budaya yang sesuai dengan karakter di lingkungan masing-masing. “Tujuannya agar seluruh anak mendapatkan pendidikan awal yang kaya nilai dan kaya pengalaman. Selain itu, memiliki jati diri melalui penguatan budaya lokal,” pungkas Kepala Bidang PAUD dan Pendidikan Non Formal Dinas Pendidikan Kabupaten Ponorogo Yeni Widiastuti. Demikian sebagaimana diinformasikan oleh Dinas Kominfo Kabupaten Ponorogo. (KR-YUN/AS)

IKLAN

Recent-Post