Oleh:
Rino Desanto W.
Ada suatu kisah di negeri aneh tentang tikus-tikus yang ketangkap basah di sebuah selokan samping hotel berbintang. Para tikus tidak bisa berkutik lagi dengan bukti-bukti yang ditemukan di selokan transaksi perkara. Hanya selokan yang menjadi saksi atas penangkapan tikus, sementara tikus-tikus lain yang tidak jauh dari selokan tetap dalam persembunyian tidak memperlihatkan diri apalagi membuka mulut. Bisa dimaklumi mereka teman seprofesi, sesama tikus tidak boleh saling menjual rahasia.
Selanjutnya tikus tangkapan dibawa ke markas indah untuk ditanyai. Seperti biasa secara tiba-tiba tahanan tikus terkena radang tenggorokan, mulutnya sulit dibuka. Serta merta tikus tangkapan meminta pendamping perkara. Dengan adanya pendamping perkara, paling tidak beban tikus tangkapan banyak berkurang dan malamnya bisa tidur nyenyak. Keesokan harinya, dewan penangkap tikus bersama penangkap tikus bersidang. Hasilnya belum ada kesepakatan di antara anggota sidang apakah akan dilakukan penggeledahan di tempat lain, atau dilakukan penangkapan lagi atau lainnya. Boleh jadi ketidaksepakatan ini dikarenakan beberapa pertimbangan di luar ranah pertikusan.
Pengusutan penangkapan basah menjadi berlarut-larut, bahkan ada tikus kunci yang belum diketahui rimbanya. Belum diketahui juga apakah tikus tersebut tikus nyata atau siluman, hingga bisa menghilang dengan mudahnya. Ada dugaan, tikus kunci sengaja dihilangkan agar hubungan dengan beberapa tokoh tikus terputus. Dugaan lain, tikus kunci sengaja dilindungi karena telah berjasa menghilangkan barang bukti.
Ini salah satu keanehan negeri aneh, keberadaan dewan penangkap tikus menjadikan adanya sidang sebelum melakukan tindakan dan ksesepakatan sidang bisa lama. Hingga ada peluang bagi tikus pelindung data memusnahkan bukti perkara, ada peluang bagi tikus yang belum sempat tertangkap berlari jauh. Tikus ada dimana-mana, di semua strata di semua gedung ada tikus yang bersembunyi. Bisa dibayangkan berapa banyak tikus di negeri aneh.
Betapa besar gerombolan tikus, ada tikus lapangan, ada tikus kunsi, ada tikus pelindung data, dan ada tokoh tikus. Mereka semua kini bersatu melawan penangkap tikus. Betapa berat beban penangkap tikus, apalagi dengan kemunculan dewan penangkap tikus, pekerjaan menangkap tikus menjadi bertele-tele. Semua proses mulai dari penyadapan, penangkapan basah hingga penggeledahan musti koordinasi terlebih dahulu dengan dewan pengawas tikus. Walhasil, gerak cepat yang dahulu senantiasa sukses dalam penangkapan tikus, kini menjadi tersendat.
Ada yang sempat bertanya mengapa penangkapan tikus menjadi tersendat. Apakah hal tersebut merupakan efek dari revisi aturan penangkapan tikus. Revisi yang dilakukan ternyata bukan memudahan penangkapan tikus, namun sebaliknya memperpanjang proses penangkapan tikus. Ada yang menyebut ini sebagai pelemahan terhadap penangkap tikus. Jika benar demikian, siapa sesungguhnya yang memprakarsai revisi tersebut. Jangan-jangan ini sebuah kesepakatan dari para tikus yang selama ini risau dengan sepak terjang penangkap tikus.
Jikalau demikian dapat disimpulkan bahwa yang bermain-main dalam ruang revisi aturan penangkapan tikus ada unsur tikus. Tentu tidak sembarang tikus dapat masuk ke ruang revisi aturan. Hanya tikus yang memiliki pengaruh besar saja yang bisa masuk ruangan tersebut. Pertanyaan berikutnya adalah mengapa sampai ada unsur tikus dalam ruang reisi aturan. Apakah para tikus sudah bertambah pintar selama sekian lama bermain-main dengan penangkap tikus.
Tatkala menyadari sulit berhadapan langsung dengan penangkap tikus, para tikus mencoba mencari lorong jauh dengan sandi pelemahan. Siapapun yang memegang sandi tersebut harus bahu-membahu memukul mundur penangkap tikus. Apakah berarti penangkap tikus sudah kalah. Belum kalah, penangkap tikus masih tetap bisa menangkap tikus hanya saja tidak seefektif dulu lagi.
Dalam dunia pertikusan memang tidak ditemukan kata-kata etika moral nurani dan sebagainya. Satu-satunya kamus yang telah lama menjadi buku saku para tikus adalah kamus harta. Di dalam kamus tersebut ditemukan banyak kata-kata yang berhubungan dengan kekayaan, kemenangan, kejayaan, kekekalan dan sebagainya. Karena itu tidak mengherankan jika para tikus tidak mudah diluruskan dengan pendekatan moral
Ada sebuah aturan tidak tertulis dalam dunia pertikusan, yaitu para tikus boleh menggunakan segala cara untuk mencapai kejayaan. Termasuk aturan jika ada tikus yang tidak setia pada aturan baik tertulis maupun tidak tertulis boleh dijadikan santapan tikus-tikus. Oleh karananya tidaklah mengherankan jika para tikus saling melindungi dan tutup mulut ketika berhadapan dengan penangkap tikus. Kesetiaan kepada sesama tikus tidak diragukan lagi. Hubungan antar tikus demikian eratnya.
Mengingat betapa kuat lingkaran rantai tikus, maka dalam melawan para tikus tidak cukup kiranya hanya membebankan ke pundak penangkap tikus. Semestinya kaum anti tikus merapatkan barisan, melindungi penangkap tikus, merobohkan rumah tikus dan menghalau para tikus. Jika belum juga pergi, tikus boleh ditembak mati. Namun untuk yang terakhir ini masih menjadi perdebatan di negeri aneh, walau di negeri-negeri seberang sudah ada contoh penembakan terhadap tikus besar. Perdebatan tersebut juga tidak lepas dari kuatnya pengaruh tokoh tikus.
Memusnahkan tikus bukanlah perkara mudah. Dibutuhkan kemauan keras dan tekat yang kuat dari kaum anti tikus maupun masyarakat anti tikus untuk meminimalisir ruang gerak para tikus. Sempitnya ruang gerak akan melemahkan posisi tikus, hingga suatu hari para tikus dilanda kelaparan dan sesama tikus akan saling menggigit. (*)

