PONOROGO (KR) - , Selasa (12/3) Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Muhadjir Effendy berkunjung ke Ponorogo untuk mengecek sekolah yang
terendam saat banjir di Ponorogo. Dalam kunjungannya ke Ponorogo medikbud mengunjungi
SMKN 2 dan SMAN 3 Ponorogo.
Dalam kunjungannya Muhadjir mengecek seluruh bagian sekolah
yang terendam banjir tersebut, mulai dari bagian ruang kelas hingga ke
gorong-gorong sekolah. Setelah berkeliling Muhadjir merasa kecewa dengan
kelalaian pihak sekolah. Hal ini dikarenakan banyak alat praktik siswa yang
rusak akibat terendam banjir meski kedua sekolah ini merupakan 'langganan'
lokasi banjir.
"Saya kira ada faktor kurang kecermatan dari pengelola,
sudah tahu sering banjir harusnya alat-alat yang rentan terhadap banjir
harusnya ditaruh di atas," tutur Muhadjir saat mengunjungi SMKN 2 Ponorogo.
Muhadjir mengingatkan pihak sekolah untuk menutup saluran
gorong-gorong yang menuju ke sungai besar di bagian depan sekolah.
"Saluran pembuangan ke gorong-gorong ini bisa jadi
penyebab banjir, harus ditutup," katanya.
Selain itu, lanjut dia, jika gorong-gorong tersebut dipenuhi
air maka setiap saat airnya bisa menggenangi sekolah dan mengganggu proses
belajar mengajar.
"Kita cek, alat-alat disini yang rusak apa saja
kemudian kita cari dananya apakah dari pusat berapa dan dari Dana Alokasi
Khusus (DAK) berapa," tambahnya.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMKN 2 Ponorogo Sujono mengaku
akibat banjir sekolahnya mengalami kerugian Rp 2,8 M. Kerugian paling banyak
pada alat praktek untuk tata boga, tata busana, dan kecantikan.
"Alatnya terendam air dan karena elektronik jadi
kemungkinan besar rusak, seperti oven, kompor gas, tempat membuat cokelat,
mesin jahit," papar Sujono
Padahal alat praktik tersebut merupakan bantuan dari Dinas
Pendidikan Provinsi Jatim dan APBD sebanyak Rp 2,5 M. Namun alat-alat tersebut
rusak akibat terkena banjir. Saat disinggung apakah alat-alat tersebut masih
dalam batas waktu asuransi, Sujono belum mengetahui.
"Kalau asuransi saya nggak tahu bisa atau nggak,
soalnya ini kan bantuan dari provinsi sejak 2 bulan lalu," tukasnya.
Pihaknya pun mengupayakan alat-alat yang rusak untuk diperbaiki.
Selama proses perbaikan, siswa pun menggunakan alat-alat praktik manual,
seperti mesin jahit lama.
"Karena yang baru (mesin jahit elektronik) rusak jadi
pakai yang lama," imbuhnya.
Tidak hanya SMKN 2 saja yang mengalami kerugian karena alat
yang rusak. Untuk SMAN 3 Ponorogo juga mengalami kerugian Rp 257 juta yang
terdiri dari berbagai alat elektronik serta kebutuhan laboratorium sekolah.
Dilansir dari : detik.com
