JATIM (KR) - Rabu (13/3) Wakil Gubernur Jawa Timur,Emil
Elestianto Dardak di minta untuk menjadi narasumber di acara “The 4th
International Conference Planning in The Era Uncertainty”, di Universitas
Brawijaya (UB) Malang.
Dalam kesempatan tersebut Emil mengatakan ia ingin agar
pembangunan di Provinsi Jatim terjadi keseimbangan pembangunan antara perkotaan
dengan pedesaan. Tidak hanya itu saja, pembangunan perekonomian juga diharapkan
terjadi kesetaraan dengan cara mengembangkan salah satu kawasan sebagai pusat
kota dalam upaya menumbuhkan wilayah setempat.
Tetapi yang lebih mendapatkan perhatian adalah tumbuhnya
pengembangan ekonomi di kota-kota kecil sebagai penyangganya atau
intermedianya. Seperti pengembangan ekonomi di Kota Kediri, Kota Madiun yang
mampu menjadi aglomerasi atau kawasan pusat kota yang menjadi pusat pertumbuhan
di wilayah sekitarnya," ujarnya
Salah satu contoh yang pernah dilakukannya adalah ketika
dirinya meneliti Kecamatan Boyolali, Jawa Tengah sebagai syarat mencapai gelar
doktoralnya. Dimana wilayah tersebut mampu menjadi kota aglomerasi desa-desa di
sekitarnya. “Di situ terdapat pusat industri yang mewadahi produk-produk hasil
produksi desa sekitarnya, seperti produk susu, daging atau hasil pengolahan
lainnya.Akibatnya perkembangan ekonomi di kecamatan dan desa sekitarnya dapat
tumbuh dengan baik,” ungkapnya
Sementara saat menyampaikan paparannya yang berjudul
“Bridging of Urban and Regional Development”, Wagub Emil Dardak menyampaikan
beberapa syarat untuk menjadikan sebuah kota aglomerasi bagi daerah sekitarnya.
Yakni soal tersedianya tenaga kerja yang cukup banyak, dan berkembangnya
pusat-pusat industri kecil. Disamping itu,
pemerintah daerah harus mampu membangun taman-taman kota, sehingga bisa
menjadi pusat rekreasi bagi masyarakat sekitar yang pada akhirnya akan tumbuh
pusat perekonomian di tengah keramaian."Jadi tujuannya untuk lebih
mengembangkan daerah dan menjadi daya tarik masyarakat agar mengunjungi kota aglomerasi," jelasnya.
Menurut Wagub Emil Dardak, dalam membangun kota aglomerasi
juga bisa dikembangkan di wilayah yang terdampak dan seakan menjadi daerah
terisolir, seperti terkena dampak jalan TOL. Salah satu caranya, pemerintah
harus memikirkan dan membangun kota aglomerasi di daerah tersebut.“Perlu
dibangun cluster-cluster baru di gerbang-gerbang keluar jalan TOL. Karena jalan
yang lama yang bukan menuju jalan TOL perkembangan ekonominya menjadi
berkurang,” ungkapnya.
Dirinya mencontohkan, daerah Serpong di Jakarta, pertumbuhan
perekonomiannya begitu pesat setelah dibangunnya jalan TOL. Di daerah tersebut
juga dijadikan pusat industri yang menampung begitu banyak tenaga kerja.
“Dengan melihat daerah Serpong, alangkah baiknya bila sistem tersebut
dikembangkan di Malang, karena posisinya sangat
strategis, dan menurutnya perlu dibangun ring road sebagai jalur koneksi
antar beberapa daerah,” pungkasnya.
“The 4th International Conference Planning in The Era
Uncertainty” (Perencanaan konferensi internasional di era ketidakpastian),
merupakan agenda yang diadakan oleh Mahasiswa Universitas Brawijaya Malang.
Tujuannya yakni untuk menyelaraskan beberapa perspektif kontektual terkait
inovasi dan kreatifitas yang tetap memperhatikan nilai ekonomi, ekologi dan
sosial agar dapat menciptakan bangsa yang berkelanjutan (sustainable nation),
serta berdampak pada peningkatan daya saing berkelanjutan.
Sustainable nation tersebut membutuhkan rekomendasi maupun
sinkronisasi dari stakeholder ayang terlibat baik dari akademisi, sektor privat
maupun pemerintah. Sehingga, nantinya akan menciptakan kota yang inklusif,
nyaman dan berkelanjutan.
Kegiatan ini merupakan satu bentuk penguatan komunikasi
lintas keilmuan, dengan membangun kerangka komunikatif antara peneliti, dan
praktisi dari berbagai bidang keilmuan (teknik, geografi, MIPA, sosiologi,
studi pembangunan dan lainnya, untuk bersama-sama memetakan berbagai alternatif sebagai solusi yang
integratif bagi isu pembangunan wilayah dan kota terkini.
Dilansir dari : http://kominfo.jatimprov.go.id