Rino Desanto W
Dosen Politeknik Negeri Madiun
Suatu hari saya bertanya kepada salah seorang orang yang hendak menyekolahkan anaknya ke sekolah favorit. Apa sesungguhnya sekolah favorit? Ternyata mereka tak tahu persis apa sesungguhnya yang dimaksud sekolah favorit. Mereka hanya mendengar dari orang-orang bahwa sekolah tertentu disebut sebagai sekolah favorit oleh karena keluaran sekolah tersebut nilainya rata-rata tinggi. Itulah yang mendorong mereka menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut.
Sebagian besar orang berpikir bahwa sekolah favorit hanya menerima murid dengan nilai tinggi. Bahwa untuk masuk sekolah favorit diperlukan persyaratan yang ketat. Jadi rata-rata mereka yang masuk sekolah favorit memiliki prestasi akademik yang baik. Boleh jadi inilah yang membentuk pikiran sebagian besar orang bahwa sekolah masuk dalam kategori favorit jika sekolah tersebut mensyaratkan masukan dengan nilai tinggi.
Mereka silau dengan sekolah favorit hingga tidak melihat hal lain selain prestasi akademik keluarannya. Pertanyaannya apakah jika masuk sekolah favorit anak mereka akan menjadi lebih bertanggung jawab. Apakah jika anak meraka masuk sekolah favorit akan menjadi lebih jujur. Apakah jika anak mereka masuk sekolah favorit akan menjadi lebih disiplin, dan sebagainya. Bukankah masalah tanggung jawab, kejujuran dan disiplin juga bisa diajarkan oleh sekolah lain yang tidak favorit.
Sudah sepantasnya jika prestasi akademik dari sekolah favorit rata-rata tinggi oleh karena murid yang masuk ke sekolah tersebut secara akademik boleh dikatakan lebih baik. Jika memang masukannya bagus boleh jadi keluarannya akan bagus juga. Jadi yang membuat bagus keluarannya bukan semata sekolahnya tapi lebih pada masukannya. Dengan demikian maka bukan tidak mungkin bahwa masukan yang bagus akan diperoleh keluaran yang bagus, walaupun tidak sekolah di sekolah favorit.
Sungguhnya sekolah dimanapun tiada beda. Bukankah kurikulumnya sama, gurunya juga dengan kulitas yang sama. Sekolah yang tidak favorit sungguhnya lebih berat dari sekolah yang favorit dikarenakan kualitas masukan dibawah masukan sekolah favorit. Mengajar di sekolah yang tidak favorit dibutuhkan kebesaran hati dan dada lapang. Jika dari sekolah yang tidak favorit muncul keluaran yang hebat itu sebuah prestasi pendidik yang patut diacungi jempol.
Jika keluaran sekolah favorit bagus, itu biasa oleh karena memang masukannya sudah bagus. Seperti ibaratnya, daging dimasak dengan cara sederhana juga akan berasa enak. Namun menjadikan ketela sebagai hasil masakan lezat dibutuhkan upaya yang tidak ringan. Oleh karena itu jika sekolah yang tidak favorit memiliki kesempatan menerima masukan yang bagus, bukan tidak mungkin keluarannya akan bagus juga.
Saat sekarang yang dibutuhkan masyarakat adalah pencerahan bahwa sekolah favorit atau tidak favorit tidaklah beda. Semua sekolah diajar oleh pendidik dengan kualitas setara, mata pelajaran yang diberikan juga sama. Hingga tidak ada lagi rebutan masuk sekolah di sekolah tertentu. Masyarakat sudah semestinya sadar bahwa salah satu keberhasilan anak adalah upaya orang tua.
Orang tua tidak semestinya lepas begitu saja akan pendidikan anak dan menyerahkan pendidikan sepenuhnya pada sekolah. Jika orang tua turut serta dalam pendidikan anak meski anaknya tidak masuk sekolah favorit, tentu akan mampu menghasilkan generasi yang berkualitas bagus pula. Motivasi-motivasi dengan contoh dari orang tua akan sangat membantu terbentuknya insan yang hebat meskipun tidak masuk di sekolah favorit.

