Sabella Arjana Fasari
Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Muhammadiyah Malang
SEIRING berkembangnya zaman yang semakin maju, pendidikan merupakan salah satu pondasi
yang harus dikembangkan dan dimasifkan. Tujuan dari pendidikan yaitu memanusiakan manusia seutuhnya
agar menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan negara. Tentunya pendidikan tidak akan berjalan apabila individu atau sumberdaya manusia tidak mengembangkan bakat dan potensinya secara maksimal melalui belajar dan mencoba. Tahapan belajar ini dimulai dari pendidikan
formal yang harus ditekankan agar
terwujudnya pendidikan yang bermutu dan berkualitas.
Tentunya untuk menciptakan hal itu,
aspek sarana dan prasarana maupun sumberdaya manusia
yang ada harus ditingkatkan lagi.
Tentunya aspek sumberdaya manusia merupakan permasalahan terpenting dalam dunia pendidikan saat ini.
Jika menilik di sekolah daerah yang belum tergolong favorit terdapat permasalahan
yang tidak sepele dan perlu dibenahi yaitu krisis sikap percaya diri siswa dalam menyampaikan pendapat. Hal ini jelas nantinya akan berdampak terhadap kualitas dan proses pembelajaran guru saat di
kelas.Maka dari itu,
seorang guru perlu memahami setiap karakter siswa agar mengetahui cara berpikir dan tingkat menangkap informasi,
karena setiap siswa mempunyai keunikan
yang berbeda-beda dan tidak bias diselaraskan
Percaya diri merupakan salah satu faktor
yang
mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Percaya diri adalah aspek kepribadian individu yang mempunyai keyakinan bahwa terdapat kemampuan dan keterampilan
yang dimilikinya. Orang yang percaya diri yakin bahwa dirinya mampu melakukan hal
yang dihadapi sesuai dengan kemampuannya. Sikap percaya diri merupakan karakteristik
yang perlu digali dan dikembangkan agar mampu mengatasi dan menanggulangi permasalahan dengan cara
yang terbaik.
Persoalan Percaya diri pada Siswa
Fakta menunjukkan bahwa tidak keseluruhan siswa mempunyai sikap percaya diri
yang kokoh. Masih banyak siswa yang kurang percaya diri dalam berbagai hal. Tentunya percaya diri pada setiap siswa memang tidak bias disamakan,
terdapat siswa yang mempunyai rasa percaya diri yang lebih atau bahkan ada yang masih malu-malu,dan kurang percaya diri. Kurangnya rasa
percaya diri pasti terdapat penyebabnya yang berasal dari lingkungan keluarga,
teman, atau masyarakat. Penyebab lain juga berasal dari guru yang lebih dominan sering menunjuk siswa yang
mempunyai rasa percaya diri,
dan kurang memberikan kesempatan pada siswa yang pendiam atau pasif, sehingga siswa
yang kurang percaya diri semakin minder dan dikucilkan karena tidak diberikan kesempatan untuk menyuarakan pendapatnya.
Persoalan yang
lain yaitu siswa kurang percaya diri,
karena kurangnya padanan
kata yang dikuasai,
sehingga tidak berani menyampaikan pendapatnya.
Tidak hanya itu,
siswa juga kurang berpengalaman dalam berkomunikasi sehingga takut dalam berbicara dan berpendapat. Karakter siswa juga mempengaruhi kepercayaan diri. Siswa yang ekstrovert lebih mudah mengasah rasa percaya diri, sedangkan siswa
yang introvert kurang menunjukkan r asa
percaya diri. Karakter siswa
yang berbeda-beda tentunya menjadi tantangan seorang guru untuk lebih kreatif
agar mengaktifkan siswa yang
kurang percaya diri dan pasif.
Prestasi Belajar Siswa
Siswa yang percaya diri cenderung menjadi aktif dan kreatif karena mampu menunjukkan bakatnya
di depan umum. Sementara siswa
yang kurang percaya diri akan terkungkung dan tidak berkembang, karena tidak mencoba untuk menumbuhkan
rasa
percaya diri. Tentunya prestasi belajar siswa
yang percaya diri lebih unggul dibandingkan siswa yang kurang percaya diri.
Hal ini disebabkan mereka mau mengasah bakat dan kemampuan yang dimiliki sehingga orang lain atau guru
mengenal siswa yang percaya diri.
Tidak serta merta siswa
yang kurang percaya diri dibiarkan begitu saja, guru harus membantu siswa dengan cara memberikan memotivasi saat pembelajaran di kelas dan mengaktifkan kegiatan pembelajaran dengan cara menunjuk siswa
yang pasif untuk mengemukakan pendapat. Tidak hanya itu saja,
guru juga membantu siswa saat ada yang dibingungkan dalam berbicara yaitu dengan memberikan
kata kunci yang bias digunakan untuk mengembangkan pendapatnya. Pembelajaran yang dilakukan seorang guru di kelas tentunya mempunyai kualitas yang berbeda-beda. Pembelajaran berhasil apabila siswa di dalam kelas paham dan mengerti apa
yang disampaikan guru.
Percaya diri perlu dipupuk dan dibiasakan dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas.
Siswa juga perlu diajari untuk ikut kompetisi perlombaan sesuai dengan bakat danminatnya agar lebih mengembangkan rasa percaya diri. Dari perlombaan tersebut mengajarkan siswa agar lebih luas dalam sudut pandang dan pengalamannya, sehingga rasa minder semakin berkurang. Tentunya proses keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi tidak hanya bergantung pada
guru, tetapi juga berasal dari siswanya itu sendiri
yang mau melawan rasa kurang percaya diri dan berusaha untuk menjadi
orang yang percaya diri.Sedikit
demi sedikit, guru juga memberikan
stimulus kepada siswa dengan menunjukkan
orang-orang
hebat yang mempunyai karya yang
berbekal dari rasa kepercayaan diri, semangat, yakin, dan berusaha.
Era generasi milenial menuntut semua hal harus dikuasai, tidak hanya satu bidang saja yang diasah,sehingga percaya diri merupakan bekal penting yang wajib untuk dimiliki.
Tanpa adanya rasa percaya diri, prestasi dan keinginan tidak bias diwujudkan.
Untuk mencapai prestasi dibuktikan dengan usaha yang gigih dan penuh perjuangan.
Semuanya tidak berguna apabila tanpa ada buktidengan tindakan, yaitu melatih percaya diri dalam mengikuti perlombaan baik
di kancah nasional atau internasional.
Dapat digaris bawahi bahwa setiap individu pasti mempunyai
rasa
percaya diri. Sifat percaya diri ini dipupuk sejak sekolah dengan tujuan agar kelak ketika dewasa tidak takut dalam menyampaikan pendapat di muka umum.
Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap individu mau mengembangkan dan menunjukkan percaya diri itu kepada orang lain atau tidak. Tentunya percaya diri bias diwujudkan jika ada usaha dan kemauan untuk lebih menggali minat dan bakat
yang dimiliki. Oleh karenaitu, prestasi bias diwujudkan asalkan mau melawan rasa takut dan mencoba untuk percaya diri dengan potensi yang dimiliki. (*)
Sabella Arjana Fasari
Lahir 18 September 1997, berasal dari Lamongan. Sekarang menempuh kuliah di
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Malang.
Pernah menulis opini dan cerpen di Koran local Jawa Timur.
Lahir 18 September 1997, berasal dari Lamongan. Sekarang menempuh kuliah di
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Malang.
Pernah menulis opini dan cerpen di Koran local Jawa Timur.