Berita Utama

[News][bleft]

Sari Berita

[Sekilas][twocolumns]

Percaya Diri Siswa Menentukan Prestasi di Era 4.0



Sabella  Arjana Fasari
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Muhammadiyah  Malang



SEIRING berkembangnya zaman yang semakin maju, pendidikan merupakan salah satu pondasi yang harus dikembangkan dan dimasifkan. Tujuan dari pendidikan yaitu memanusiakan manusia seutuhnya agar menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan negara. Tentunya pendidikan tidak akan berjalan apabila individu atau sumberdaya manusia tidak mengembangkan bakat dan potensinya secara maksimal melalui belajar dan mencoba. Tahapan belajar ini dimulai dari pendidikan formal yang harus ditekankan agar terwujudnya pendidikan  yang bermutu dan berkualitas. Tentunya untuk menciptakan hal itu, aspek sarana dan prasarana maupun sumberdaya manusia yang ada harus ditingkatkan lagi.
            Tentunya aspek sumberdaya manusia merupakan permasalahan terpenting dalam dunia pendidikan saat ini. Jika menilik di sekolah daerah yang belum tergolong favorit terdapat permasalahan yang tidak sepele dan perlu dibenahi yaitu krisis sikap percaya diri siswa dalam menyampaikan pendapat. Hal ini jelas nantinya akan berdampak terhadap kualitas dan proses pembelajaran guru saat di kelas.Maka dari itu, seorang guru perlu memahami setiap karakter siswa agar mengetahui cara berpikir dan tingkat menangkap informasi, karena setiap siswa mempunyai keunikan yang berbeda-beda dan tidak bias diselaraskan
            Percaya diri merupakan salah satu faktor  yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Percaya diri adalah aspek kepribadian individu yang mempunyai keyakinan bahwa terdapat kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya. Orang yang percaya diri yakin bahwa dirinya mampu melakukan hal yang dihadapi sesuai dengan kemampuannya. Sikap percaya diri merupakan karakteristik yang perlu digali dan dikembangkan agar mampu mengatasi dan menanggulangi permasalahan dengan cara yang terbaik.
Persoalan Percaya diri pada Siswa
            Fakta menunjukkan bahwa tidak keseluruhan siswa mempunyai sikap percaya diri yang kokoh. Masih banyak siswa yang kurang percaya diri dalam berbagai hal. Tentunya percaya diri pada setiap siswa memang tidak bias disamakan, terdapat siswa yang mempunyai rasa percaya diri yang lebih atau bahkan ada yang masih malu-malu,dan kurang percaya diri. Kurangnya rasa percaya diri pasti terdapat penyebabnya yang berasal dari lingkungan keluarga, teman, atau masyarakat. Penyebab lain juga berasal dari  guru yang lebih dominan sering menunjuk siswa yang mempunyai rasa percaya diri, dan kurang memberikan kesempatan pada siswa  yang pendiam atau pasif, sehingga siswa yang kurang percaya diri semakin minder dan dikucilkan karena tidak diberikan kesempatan untuk menyuarakan pendapatnya.
            Persoalan yang lain yaitu siswa kurang percaya diri,  karena kurangnya padanan kata yang dikuasai, sehingga tidak berani menyampaikan pendapatnya. Tidak hanya itu, siswa juga kurang berpengalaman dalam berkomunikasi sehingga takut dalam berbicara dan berpendapat. Karakter siswa juga mempengaruhi kepercayaan diri. Siswa yang ekstrovert lebih mudah mengasah rasa percaya diri, sedangkan siswa yang introvert kurang menunjukkan r asa percaya diri. Karakter siswa yang berbeda-beda tentunya menjadi tantangan seorang guru untuk lebih kreatif agar mengaktifkan siswa  yang kurang percaya diri dan pasif.
Prestasi Belajar Siswa
            Siswa yang percaya diri cenderung menjadi aktif dan kreatif karena mampu menunjukkan bakatnya di depan umum. Sementara siswa yang kurang percaya diri akan terkungkung dan tidak berkembang, karena tidak mencoba untuk menumbuhkan  rasa percaya diri. Tentunya prestasi belajar siswa yang percaya diri lebih unggul dibandingkan siswa  yang kurang percaya diri. Hal ini disebabkan mereka mau mengasah bakat dan kemampuan yang dimiliki sehingga  orang lain atau guru mengenal siswa yang percaya diri. 
            Tidak serta merta siswa yang kurang percaya diri dibiarkan begitu saja, guru harus membantu siswa dengan cara memberikan memotivasi saat pembelajaran di kelas dan mengaktifkan kegiatan pembelajaran dengan cara menunjuk siswa yang pasif untuk mengemukakan pendapat. Tidak hanya itu saja, guru juga membantu siswa saat ada  yang dibingungkan dalam berbicara yaitu dengan memberikan kata kunci yang bias digunakan untuk mengembangkan pendapatnya. Pembelajaran yang dilakukan seorang guru di kelas tentunya mempunyai kualitas yang berbeda-beda. Pembelajaran berhasil apabila siswa di dalam kelas paham dan mengerti apa yang disampaikan guru.
            Percaya diri perlu dipupuk dan dibiasakan dalam kegiatan pembelajaran  di dalam kelas. Siswa juga perlu diajari untuk ikut kompetisi perlombaan sesuai dengan bakat danminatnya agar lebih mengembangkan rasa percaya diri. Dari perlombaan tersebut mengajarkan siswa agar lebih luas dalam sudut pandang dan pengalamannya, sehingga rasa minder semakin berkurang. Tentunya proses keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi tidak hanya bergantung pada guru, tetapi juga berasal dari siswanya itu sendiri yang mau melawan rasa kurang percaya diri dan berusaha untuk menjadi orang yang percaya diri.Sedikit demi sedikit, guru juga memberikan stimulus kepada siswa dengan menunjukkan  orang-orang hebat yang mempunyai karya yang berbekal dari rasa kepercayaan diri, semangat, yakin, dan berusaha.
             Era generasi milenial menuntut semua hal harus dikuasai, tidak hanya satu bidang saja yang diasah,sehingga percaya diri merupakan bekal penting yang wajib untuk dimiliki. Tanpa adanya rasa percaya diri, prestasi dan keinginan tidak bias diwujudkan. Untuk mencapai prestasi dibuktikan dengan usaha yang gigih dan penuh perjuangan. Semuanya tidak berguna apabila tanpa ada buktidengan tindakan, yaitu melatih percaya diri dalam mengikuti perlombaan baik di kancah nasional atau internasional.
            Dapat digaris bawahi bahwa setiap individu pasti mempunyai  rasa percaya diri. Sifat percaya diri ini dipupuk sejak sekolah dengan tujuan agar kelak ketika dewasa tidak takut dalam menyampaikan pendapat di muka umum. Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap individu mau mengembangkan dan menunjukkan percaya diri itu kepada orang lain atau tidak. Tentunya percaya diri bias diwujudkan jika ada usaha dan kemauan untuk lebih menggali minat dan bakat yang dimiliki. Oleh karenaitu, prestasi bias diwujudkan asalkan mau melawan rasa takut dan mencoba untuk percaya diri dengan potensi yang dimiliki. (*)

Sabella Arjana Fasari 
Lahir 18 September 1997, berasal dari Lamongan. Sekarang menempuh kuliah di 
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Malang. 
Pernah menulis opini dan cerpen di Koran local Jawa Timur.

 


IKLAN

Recent-Post