Berita Utama

[News][bleft]

Sari Berita

[Sekilas][twocolumns]

Gus Sholah Wafat, PBNU Instruksikan Nahdliyin Shalat Ghaib

       TBM KRIDHARAKYAT, JAKARTA - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menginstruksikan kepada seluruh Nahdliyin, pengurus NU, lembaga, dan badan otonom untuk melaksnakan shalat ghaib, pembacaan yasin, dan tahlil bagi almarhum KH Salahuddin Wahid atau Gus Sholah. Instruksi tersebut tertuang dalam Surat Keterangan Nomor 3856/B.II.07/02/2017 yang diterbitkan Ahad, 2 Februari 2020. Surat tersebut ditandatangani oleh Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, Katib Aam KH Yahya Cholil Staquf, Ketua Umum KH Said Aqil Siroj, dan Sekjen HA Helmy Faishal Zaini

KH Salahuddin Wahid (Foto : okezone)
       "Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyampaikan duka cita yang mendalam berkenaan dengan wafatnya Dr. Ir. KH. Salahuddin Wahid, Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Sehubungan dengan hal tersebut, PBNU dengan ini menginstruksikan kepada seluruh Pengurus Wilayah, Cabang, Lembaga, Badan Otonom Nahdlatul Ulama dan Pondok Pesantren di semua tingkatan untuk menyelenggarakan Shalat Ghoib, Pembacaan Yasin dan Tahlil untuk Almarhum,” demikian keterangan surat instruksi itu. 
       Sebagaimana diketahui, Gus Sholah wafat di RS Harapan Kita Palmerah, Jakarta Barat pada Ahad (2/2) pukul 20:59 WIB. Jenazah direncakan dimakamkan di kawasan pemakaman Pesantren Tebuireng, Jombang. Namun sebelum diberangkatkan ke Tebuireng akan disemayamkan terlebih dahulu di rumah duka di kawasan Tendean, Jakarta. Gus Sholah wafat pada usia 77 tahun.
       Almarhum merupakan adik KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang lahir pada 11 September 1942. Gus Sholah adalah anak ketiga dari pasangan KH Wahid Hasyim dan Nyai Hj Sholihah. Selain Gus Dur, saudara Gus Sholah adalah Nyai Aisyah, Dr Umar Alfaruq, Nyai Lily Wahid, dan Muhammad Hasyim. 

      Kiprah Gus Solah Semasa Hidup: Ulama, Penulis, Aktivis, Politikus
       Semasa hidupnya, pria kelahiran Jombang, 11 September 1942 itu dikenal sebagai ulama yang gemar menulis, aktivis, juga politikus. Meninggalkan kariernya di bidang kontraktor, pria lulusan arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB) ini mulai aktif menulis. Pada 1993, Gus Solah menjadi pimpinan redaksi majalah Konsultan. Setelah itu, ia aktif menulis di harian Republika, Kompas, Suara Karya, dan lain sebagainya. 
KH Salahuddin Wahid (Foto : nu.or.id)

       Tulisan-tulisannya banyak menyoroti berbagai persoalan yang sedang dihadapi umat dan bangsa. Selain menulis di media massa, Gus Solah juga menulis beberapa buku. Karya-karyanya yang telah dibukukan, antara lain: Negeri di Balik Kabut Sejarah (November 2001), Mendengar Suara Rakyat (September 2001), Menggagas Peran Politik NU (2002), Basmi Korupsi, Jihad Akbar Bangsa Indonesia (November 2003), Ikut Membangun Demokrasi, Pengalaman 55 Hari Menjadi Calon Wakil Presiden (November 2004).
Sejak pertengahan tahun 2007, Gus Solah mengumpulkan naskah-naskah tulisannya yang pernah diterbitkan di berbagai media untuk diterbitkan dalam bentuk buku. Selain itu, Gus Solah juga sering diminta memberikan pengantar pada buku-buku karya penulis lain. 
        Kemampuan menulis Gus Solah tidak lepas dari kegemarannya membaca sejak usia muda. Kebiasaan itu terus dipertahankan hingga usia tua. Seperti dikutip dari tebuireng.online, menurut pengakuan Gus Solah, dia biasanya menyediakan waktu untuk membaca sebelum dan sesudah makan sahur, setelah salat subuh, pagi hari, dan juga sore hari. Dalam satu bulan, sepuluh judul buku bisa habis dibacanya. 
        Sejak bergulirnya era reformasi, keterlibatan Gus Solah dalam bidang politik semakin intens. Ia pernah bergabung dengan Partai Kebangkitan Umat (PKU) yang didirikan Kiai Yusuf Hasyim dan menjadi Ketua Dewan Pimpinan Pusat serta Ketua Lajnah Pemenangan Pemilu PKU.
        Pada September 1999, Gus Solah mengundurkan diri dari PKU. Lalu pada Muktamar NU ke-30 di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Gus Solah ikut maju sebagai salah seorang kandidat Ketua Umum PBNU. Gus Solah kemudian terpilih sebagai salah satu ketua PBNU periode 1999-2004. Pada akhir 2001, Gus Solah juga terpilih sebagai salah satu dari 23 anggota Komnas HAM periode 2002-2007. Selama berkiprah di Komnas HAM, Gus Solah sempat memimpin TGPF (Tim Gabungan Pencari Fakta) untuk menyelidiki kasus Kerusuhan Mei 1998 (Januari-September 2003), kemudian Ketua Tim Penyelidik Adhoc Pelanggaran HAM Berat kasus Mei 1998, Ketua Tim Penyelidikan Kasus Pulau Buru, dan lain sebagainya. Ketika sistem pemilihan presiden dan wakil presiden dilakukan secara langsung pada 2004, Gus Solah sempat dipinang Golkar untuk maju sebagai cawapres berpasangan dengan Wiranto. Deklarasinya dilakukan di Gedung Bidakara, Jakarta, Selasa 11 Mei 2004. Ini merupakan babak baru dari perjalanan karier politiknya. 
       Untuk menunjukkan keseriusannya sebagai cawapres, Gus Solah mengundurkan diri dari Komnas HAM dan PBNU. Namun, perolehan suara yang sedikit membuat mereka gagal mengisi kursi pimpinan pemerintahan. Kala itu, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla yang menang.

 Khofifah: Beliau Paket Lengkap Seorang Negarawan
      Gubernur Jawa Timur Dra. Hj. Khofifah Indar Parawansa, M.Si menyampaikan belasungkawa atas berpulangnya pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, KH Salahuddin Wahid, Ahad malam, 2 Februari 2020,  pada usia 77 tahun. “Saya menyampaikan duka cita mendalam, seiring lantunan doa semoga Allah SWT menempatkan beliau di tempat terbaik di sisi-Nya, menerima semua amal ibadahnya, mengampuni seluruh khilaf dan memberikan ketabahan dan keikhlasan bagi keluarga besar Gus Solah,” tutur Khofifah dalam keterangan tertulisnya.
KH Salahuddin Wahid (Foto : bangkitmedia)

        Khofifah menilai Gus Solah merupakan salah satu putra terbaik bangsa. Menurutnya, adik mantan presiden KH Abdurrahman Wahid itu paket lengkap dari seorang negarawan. “Beliau adalah guru, aktivis, ulama, cendekia, sekaligus tokoh Hak Asasi Manusia di Indonesia. Insya Allah, husnul khotimah," ujarnya.
Beberapa jam sebelumnya  Gubernur Jatim sempat mengunggah foto kebersamaannya dengan Gus Solah di akun Instagram miliknya @khofifah.ip. Dalam caption yang ditulisnya, Khofifah mengajak seluruh masyarakat untuk mendoakan kesembuhan salah satu sesepuh Nahdlatul Ulama itu  lantaran memperoleh kabar kondisi kesehatan Gus Solah tengah menurun.
        Dalam pemilihan Gubernur Jawa Timur 2018, Gus Solah merupakan salah satu tokoh ulama pendukung pasangan Khofifah-Emil Elestianto Dardak. Selain Gus Solah, kiai sepuh pendukung Khofifah-Emil lainnya adalah KH Asep Saifuddin Chalim. Pasangan Khofifah-Emil akhirnya unggul dari pasangan Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarno. Jenazah Gus Sholah bakal dimakamkan di area Pesantren Tebuireng pada Senin sore, 3 Februari 2020. (NU/TEMPO/IST)


IKLAN

Recent-Post