Berita Utama

[News][bleft]

Sari Berita

[Sekilas][twocolumns]

Warga di Pantai Pidakan Pacitan Gelar Larung Sesaji untuk Hormati Ratu Laut Selatan Dalam Rangka Tradisi Awal Sura

PACITAN (KORAN KRIDHARAKYAT.COM) - Masyarakat Kabupaten Pacitan di kawasan punya tradisi larung sesaji. Ritual ini diyakini sebagai sarana penolak bala. Tradisi ini merupakan bentuk syukur dan permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk rezeki, keselamatan, dan kesejahteraan.



SAAT prosesi, seorang kakek tampak duduk bersila di atas hamparan pasir pantai nan putih. Matanya terpejam, namun wajahnya tegas menghadap ke lautan. Mengenakan ikat kepala dengan busana serbahitam. Dia bergeming walau empasan angin terasa kuat siang itu. Debur ombak pecah di ujung pesisir Pantai Pidakan. Sesekali buihnya menjilat kakinya. Ada tongkat berbalut kain putih menancap di dekat ujung jari. Mulut sang kakek makin keras merapalkan mantra. Lalu ditengadahkan tangan memohon kepada Sang Maha Esa agar desanya selamat serta hasil laut melimpah. Itu merupakan prosesi larung sesaji yang di Desa Jetak, Kecamatan Tulakan, Pacitan, dalam menyambut 1 Sura (penanggalan Jawa) atau 1 Muharam (almanak Islam), Minggu (7/7) lalu.


TRADISI ini sebagai wujud rasa syukur kepada, ditandai dengan larungan hasil bumi ke laut selatan. Sebelum dilarung ke tengah lautan, gunungan berisi hasil bumi didoakan tetua adat terlebih dahulu. Selanjutnya diarak menuju bibir pantai dan dilarung menggunakan rakit. "Kami memohon kepada Yang Maha Kuasa untuk keselamatan dan kesejahteraan masyarakat desa,’’ kata Kepala Desa Jetak Marjuni.


TRADISI ini dilaksanakan pada hari pertama Sura atau tahun baru Islam 1446 Hijriyah. Tradisi ini biasa dijalankan masyarakat Jawa di pesisir. Labuh laut juga merupakan cara masyarakat Jawa menghormati Ratu Laut Selatan yang diyakini sebagai penguasa laut dan pelindung nelayan. "Ini juga meneruskan peninggalan atau adat leluhur warga Desa Jetak,’’ ujarnya.


MENGIRINGI larung sesaji, sejumlah tradisi lain juga digelar. Seperti Baritan. Yakni tradisi menyembelih kambing kendit. Ritual ini ini berarti memohon petunjuk atau perlindungan dan keselamatan kepada Tuhan. ‘’Intinya supaya masyarakat desa selamat,’’ pungkasnya. Demikian sebagaimana diinformasikan oleh Radar Madiun. (KR-FEB/SLAMET/AS).

IKLAN

Recent-Post