Berita Utama

[News][bleft]

Sari Berita

[Sekilas][twocolumns]

Lima Gunungan Hasil Bumi di Monumen Bantarangin Jadi Rebutan Warga Dalam Festival Buceng Purak Klono Sewandono

PONOROGO (KORAN KRIDHARAKYAT.COM) - Monumen Bantarangin di Desa Somoroto, Kauman, Kabupaten Ponorogo terlihat penuh sesak oleh ribuan warga. Lima buah gunungan setinggi sekitar tiga meter terlihat berada di lokasi kawasan Monumen Bantarangin, Rabu (31/7) kemarin.



Kelima gunungan berisi beragam hasil pertanian warga Desa Somoroto, Kauman, Ponorogo, menjadi daya tarik antusiame masyarakat sekitar. Kegiatan itu dikenal dengan Festival Buceng Purak. Sebuah tradisi penanda akhir bulan Suro yang digelar warga desa setempat setiap tahunnya. Selain itu, tradisi itu juga merupakan bentuk wujud syukur atas keberlimpahan hasil bumi yang dirasakan warga.

Festival itu menyedot animo masyarakat dari luar Desa Somoroto. Mereka antusias berebut hasil bumi yang disiapkan. Warga meyakini siapa yang dapat hasil bumi dari buceng purak itu bakal mendapatkan keberlimpahan rejeki setahun mendatang.

Seperti yang diungkapkan oleh Suryani, salah seorang warga, yang rela berdesak-desakan saat prosesesi buceng itu di-purak (diperebutkan, dibagi-bagi, Red) . Ia yang sebelumnya berdomisili di Pulau Sumatera itu mengaku baru pertama kali mengikuti acara tersebut. Dirinya merasa takjub dengan tradisi turun-temurun di Bumi Reog tersebut. "Baru beberapa bulan tinggal di Ponorogo. Seru sekali ikut ambil sayuran, dapat tomat, jeruk, apel, terong sampai berdesak-desakan,’’ urai Suryani yang kiniberdomisili di Desa Tosanan, Kauman itu.

Sementara itu, Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko yang turut hadir menyebut jika Festival Buceng Purak menjadi bentuk syukur masyarakat Ponorogo terhadap hasil bumi. Tak lupa, warga juga memanjatkan doa dan ungkapan syukur atas berkah dan pengayoman, sekaligus uri-uri tradisi leleuhur. "Bantarangin juga jadi lokasi lahirnya budaya reog. Konon, ada Kerajaan Bantarangin yang dipimpin Raja Klono Sewandono, karenanya buceng purak ini sarat nilai historis juga dan ucapan rasa syukur,’’ jelas Kang Giri, sapaan bupati.

Selain buceng porak, sejumlah event lain digelar dalam tutup suro tahun ini. Seperti kirab pusaka, kirab budaya, ngaji hingga wayangan. Termasuk, gelaran UMKM di area kegiatan. Demikian sebagaimana diinformasikan oleh RRI Madiun. (KR-FEB/AS)




IKLAN

Recent-Post