Berita Utama

[News][bleft]

Sari Berita

[Sekilas][twocolumns]

KUALITAS DI ATAS KUANTITAS: NAPAS PANJANG IKSPI KERA SAKTI DESA KANDANGAN


Oleh : Eden Farellio Wibowo


DI DESA Kandangan, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi, perguruan pencak silat bukan sekadar aktivitas fisik, melainkan bagian dari kehidupan sosial masyarakat. Sejumlah perguruan berdiri berdampingan: Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), Cempaka Putih, hingga Ikatan Keluarga Silat Putra Indonesia (IKSPI) Kera Sakti yang telah lama hadir sebagai tempat pembinaan mental, fisik, dan rohani.


NAMUN perjalanan IKSPI Kera Sakti Kandangan tidak selalu berjalan mulus. Dalam dua tahun terakhir, perguruan ini sempat mengalami kekosongan siswa. Lapangan yang biasanya dipenuhi suara hentakan sepatu kini sesekali sunyi. Bukan karena merosotnya minat masyarakat, melainkankarena sistem latihan di IKSPI Kera Sakti Kandangan masih dikenal keras dan tegas. “Awal latihan biasanya ramai. Tetapi semakin naik jenjang sabuk, ya semakin kecil jumlah yang bertahan,” ujar Pak Parni, pelatih sepuh IKSPI Kera Sakti Kandangan. “Kami tidak mengejar kuantitas. Yang kami kejar adalah kualitas. Kalau kelak mereka bekerja atau hidup di luar desa, setidaknya punya bekal melindungi diri.”


KERASNYA latihan bukan tanpa dasar. Di Kandangan, setiap siswa -baik laki-laki maupun perempuandipersiapkan agar memiliki mental kuat, tahan tekanan, dan tidak mudah goyah. Pembinaan ini diyakini sebagai bekal menghadapi tantangan masa depan. “Perempuan pun harus kuat,” lanjut Pak Parni. “Latihan tegas bukan untuk menakut-nakuti, melainkan untuk membentuk kesiapan terjun dalam kehidupan di masyarakat.”


DI TENGAH proses latihan yang menuntut komitmen tinggi, IKSPI Kera Sakti Kandangan memiliki sistem pelatihan yang terstruktur. Beberapa warga tetap ditugaskan sesuai bidang kemahiran masing-masing, bukan berarti tidak mampu bidang lain, namun kecenderungan kemampuan mereka lebih menonjol di aspek tertentu. Hal ini diterapkan agar latihan lebih terarah dan siswa mendapat bimbingan terbaik.


DI ANTARA warga tetap tersebut adalah:Mas Dwi, warga yang mahir dalam bidang teknik dasar pukulan, tangkisan, dan tendangan. Ia dikenal teliti memperbaiki postur, ketepatan arah pukulan, dan kecepatan reaksi siswaMas Lio, warga yang unggul di bidang teknik jurus dan sambung. Ia menguasai detail setiap urutan jurus dan mampu menjelaskan aplikasi gerakan dalam sambungan dengan jelas kepada siswaMbak Tina, warga muda yang berfokus pada teknik fisik. Latihannya terbilang berat, namun efektif membentuk stamina dan kelenturan tubuh siswa.


KETIGANYA adalah warga tetap IKSPI Kera Sakti Desa Kandangan yang masih aktif hingga kini. Mereka selalu hadir pada setiap latihan digelar. Warga lain juga turut membantu proses pelatihan, bukan berarti kurang penting, melainkan penetapan warga yang telah ditentukan dilakukan agar di lapangan tidak terjadi kekosongan pengajar . “Pembagian bidang seperti itu penting. Supaya siswa mendapat materi yang jelas dan tidak tumpang tindih,” tutur Pak Parni. “Warga lain tetap membantu, semuanya berperan. Kita berjalan bersama.”


NILAI kedisiplinan dalam latihan IKSPI Kera Sakti Kandangan diperkuat dengan pembinaan rohani yang menjadi ciri khas perguruan ini. Pada lambangnya, terdapat huruf “Q”—sebuah simbol yang sering terlewatkan oleh masyarakat umum. Huruf tersebut merupakan singkatan dari “Qontak batin antara manusia dengan Tuhan atau Sang Pencipta. “Silat itu bukan hanya otot,” jelas Pak Parni lagi. “Ada dua kewajiban: mahir bela diri dan mahir menjaga hubungan dengan Sang Pencipta. Tanpa itu, ilmu mudahdisalahgunakan.”Nilai etika ini ditegaskan kembali ketika siswa resmi naik tingkat menjadi warga. Pada proses pengesahan, mereka mengucapkan Sumpah Warga yang menegaskan larangan menggunakan keahlian untuk berkelahi, gagah-gagahan, atau menebar ancaman.


WARGA muda seperti Mbak Sita turut merasakan dampak positif dari sistem pembinaan tersebut. “Latihan di Kandangan memang tidak ringan,” ujarnya. “Tapi itu yang membuat kami berdiri tegak sampai sekarang. Bagi yang mampu bertahan, ada perubahan besar dalam diri mereka. Lebih kuat, lebih tenang, dan lebih berani bertindak benar.” Ia juga menekankan bahwa seluruh warga saling mengingatkan agar tetap rendah hati. “Kami selalu diberi pesan bahwa ilmu tidak boleh dipakai sembarangan. Itu sebabnya sumpah waktu pengesahan benar-benar harus dipegang.”


MESKI jumlah siswa tidak sebanyak perguruan lain yang menonjolkan kuantitas, IKSPI Kera Sakti Kandangan tetap teguh pada prinsip yang dijaga turun-temurun. Mereka percaya bahwa murid yang sedikit bukanlah masalah selama kualitas pembinaan tetap terjaga. “Sebuah perguruan besar bukan dilihat dari berapa yang datang, tapi berapa yang berhasil menjadi pribadi kuat dan berbudi baik,” tutup Pak Parni. “Selama nilai itu ada, perguruan ini akan tetap hidup.”


DI TENGAH perubahan zaman, IKSPI Kera Sakti Kandangan tetap berdiri dengan karakter kuat: menjaga warisan leluhur, mengasah kemampuan lahir batin, dan memastikan setiap langkah kaki menjadi bagian dari perjalanan spiritual yang bermakna.

*)Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya kampus Kota Madiun

IKLAN

Recent-Post