BALI (KR) – Curah hujan tinggi di berbagai daerah, membuat
para petani menjadi cemas. Hal ini di sebabkan karena sawah mereka bisa kapan
saja terendam banjir. Oleh karena itu, petani padi didorong memanfaatkan
Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). Dengan membayar premi Rp 36 ribu/ha/musim,
petani yang sawahnya terkena bencana banjir dan serangan organisme pengganggu
tumbuhan (OPT) dapat klaim (ganti) Rp 6 juta/ha.
Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo
Edhy mengatakan, harga premi -AUTP ini
relatif sangat murah. Manfaatnya sangat besar bagi petani, terutama di musim
hujan Seperti saat ini.
"Hanya seharga dua bungkus rokok, petani yang sawahnya
kebanjiran dapat ganti Rp 6 juta per hektare," papar Sarwo Edhy saat
memberikan bantuan sarana dan prasarana pertanian di PPN Pengambengan,
Kabupaten Jembrana, Bali, Senin (18/3).
Menurut Sarwo Edhy, AUTP merupakan cara Kementan untuk
melindungi usaha tani agar petani masih bisa melanjutkan usahanya ketika
terkena bencana banjir, kekeringan atau serangan OPT. Karena AUTP menjadi
program Kementan, premi asuransi tani tersebut sampai saat ini masih disubsidi
pemerintah Rp 144 ribu per hektare.
"Kami harapkan semua petani padi bisa mendaftar sebagai
anggota AUTP. Karena harga preminya murah dan sangat bermanfaat," ujarnya.
AUTP saat ini tak hanya diperuntukkan bagi petani yang lahan
sawahnya berada di kawasan rawan bencana dan serangan OPT. Tetapi juga untuk
petani yang lahan sawahnya aman dari bencana. Sebab, yang namanya bencana atau
serangan OPT itu tak bisa diduga.
"AUTP ini akan terus kami sosialisaikan ke petani.
Karena ini menjadi bentuk perlindungan kepada mereka dan saat ini sudah banyak
petani yang menjadi anggota AUTP, " papar Sarwo Edhy.
Data Kementan menyebutkan, jumlah petani peserta AUTP dari
tahun ke tahun terus meningkat. Tercatat,
dari target 1 juta ha, realisasi
AUTP pada tahun 2018 tercapai 806.199,64 hektare, atau 80,62%. Sementara itu
klaim kerugian yang diajukan petani mencapai 12.194 hektare atau sebesar 1,51%.
Sarwo Edhy mengatakan, pengembangan AUTP pun tak menemui
banyak kendala. Artinya, pembayaran klaim yang dilakukan PT Jasindo sampai saat
ini berjalan lancar.
Bahkan, untuk mempermudah pendaftaran dan pendataan
asuransi, Kementan bersama PT Jasindo menerbitkan layanan berbasis online
melalui Sistem Informasi Asuransi Pertanian (SIAP).
Selain mendorong ke AUTP, Sarwo Edhy juga meminta para
petani selalu menyiapsiagakan pompa air bantuan pemerintah. Tujuannya, agar
bisa langsung digunakan saat lahan pertanian mengalami kebanjiran.
"Para kelompok tani sudah mendapat bantuan pompa air.
Ini bisa langsung digunakan menyedot air banjir agar tanaman tidak terlalu lama
terendam. Namun bila sudah terselamatkan, Kementan akan membantu benih bagi
yang belum tercover AUTP," pungkas Sarwo Edhy.
Dilansir dari : http://www.tribunnews.com