Berita Utama

[News][bleft]

Sari Berita

[Sekilas][twocolumns]

Seorang Nenek di Ngawi Selamat Dari Terjangan Banjir



NGAWI (KR) - Dalam terjangan banjir yang juga melanda desa Kersikan, Kecamatan Geneng  Kabupaten Ngawi, seornag nenek berhasil selamat di rumahnya yang terkepung banjir. Nenek bernama Istianah itu harus menunggu selama 6 jam di atas tangga bambu sebelum diselamatkan.Tangga bambu yang disandarkan pada tiang atap di dalam rumahnya itu menjadi saksi bisu bagaimana perempuan 69 tahun itu bertahan dari luapan banjir.

"Teng mriki mas, kulo munggah ondo pring, Niki griyo kebek toya sak meter mlebet (Di sini mas, saya naik tangga bambu. Ini rumah penuh air satu meter masuk)," terang Istianah kepada detikcom di depan rumah kepada detikcom (Minggu (10/3/2019).

Nenek istinah menceritakan bagaimana ia menyelamatkan diri dengan menaiki tangga (6/3). Banjir itu bersamaan dengan banjir di Kabupaten Madiun. Saat itu suaminya Mahmud (71) sudah berhasil mengungsi bersamaan dengan ia menyelamatkan ternak sapi ke jalan utama perkampungan.

"Mbah kung sudah keluar menyelamatkan ternak sapi. Dia menunggu di sana. Saya di rumah bersama anak laki saya Arif dan satu adik dan dua keponakan. Tapi anak saya menyelamatkan adik dan keponakan. Saya sendiri di rumah, pasrah berdoa menunggu mukjizat," ujar Istianah.

Sementara itu Arif (47) anak dari Istianah mengaku saat itu Rabu (6/3) sekitar pukul 11.00 WIB air memang semakin deras. Dirinya sengaja meninggalkan ibunya untuk menyelamatkan adik dan dua keponakan yang masih balita untuk mengungsi.

"Saya menyelamatkan adik saya, Arina Fitroh (35) serta 2 anaknya bernama Siva (5) dan Khamim (3). Saya panggul Siva dan Khamim oleh ibunya dinaikan ember menuju tempat aman. Tapi sebelum sampai ke pengungsian, ada insiden terjebak di sawah pinggir jalan tol. Kami diselamatkan pak polisi yang katanya akhirnya viral itu," kenang Arif yang duduk di samping ibunya, Istianah.

Arif menambahkan setelah dirinya mengantar adik dan keponakan ke Musala dusun Klumpit, dirinya teringat ibunya yang masih bertahan di rumah. Arif meninggalkan adik dan dua keponakan di musala untuk kemudian kembali ke rumahnya untuk mengevakuasi ibunya yang masih terjebak banjir.

"Saya langsung teringat ibu saya di rumah. Saya kembali menerjang banjir berjarak sekitar satu kilo meter. Alhamdulillah ibu saya masih terselamatkan naik tangga bambu yang semula saya pakai untuk nyelamatkan barang-barang ke atas," ujarnya.

Arif menceritakan ibunya bertahan selama enam jam di tangga sebelum akhirnya dia bawa ke pengungsian bersama warga lain. Dia menggendong ibunya sambil menyusuri jalan. Di tengah jalan, mereka bertemu tim SAR yang berpatroli dengan perahu karet. Istianah dinaikkan ke perahu karet dan berhasil diselamatkan.

Pantauan di rumah Istianah yang sangat sederhana itu, lantai yang hanya di plester semen itu tampak licin dan masih ada lumpur bekas banjir. Sebuah tangga yang menjadi tumpuan keselamatan ibunya masih tampak bersandar di kayu atap rumah.

Beberapa barang rumah tangga seperti TV, kipas, dan pemanas nasi tampak berada di atas sebuah papan. Papan itu ditaruh pada kerangka kayu atap dalam rumah. Beberapa pakaian kasur tampak berserakan di meja. Tampak adiknya Fitroh sedang berusaha menidurkan anaknya Khamim di atas dipan kayu yang ditaruh di lantai berlumpur.


Dilansir dari : detik.com

IKLAN

Recent-Post