
"Teng mriki mas, kulo munggah ondo pring, Niki griyo
kebek toya sak meter mlebet (Di sini mas, saya naik tangga bambu. Ini rumah
penuh air satu meter masuk)," terang Istianah kepada detikcom di depan
rumah kepada detikcom (Minggu (10/3/2019).
Nenek istinah menceritakan bagaimana ia menyelamatkan diri
dengan menaiki tangga (6/3). Banjir itu bersamaan dengan banjir di Kabupaten Madiun.
Saat itu suaminya Mahmud (71) sudah berhasil mengungsi bersamaan dengan ia
menyelamatkan ternak sapi ke jalan utama perkampungan.
"Mbah kung sudah keluar menyelamatkan ternak sapi. Dia
menunggu di sana. Saya di rumah bersama anak laki saya Arif dan satu adik dan
dua keponakan. Tapi anak saya menyelamatkan adik dan keponakan. Saya sendiri di
rumah, pasrah berdoa menunggu mukjizat," ujar Istianah.
Sementara itu Arif (47) anak dari Istianah mengaku saat itu
Rabu (6/3) sekitar pukul 11.00 WIB air memang semakin deras. Dirinya sengaja
meninggalkan ibunya untuk menyelamatkan adik dan dua keponakan yang masih
balita untuk mengungsi.
"Saya menyelamatkan adik saya, Arina Fitroh (35) serta
2 anaknya bernama Siva (5) dan Khamim (3). Saya panggul Siva dan Khamim oleh
ibunya dinaikan ember menuju tempat aman. Tapi sebelum sampai ke pengungsian,
ada insiden terjebak di sawah pinggir jalan tol. Kami diselamatkan pak polisi
yang katanya akhirnya viral itu," kenang Arif yang duduk di samping
ibunya, Istianah.
Arif menambahkan setelah dirinya mengantar adik dan
keponakan ke Musala dusun Klumpit, dirinya teringat ibunya yang masih bertahan
di rumah. Arif meninggalkan adik dan dua keponakan di musala untuk kemudian
kembali ke rumahnya untuk mengevakuasi ibunya yang masih terjebak banjir.
"Saya langsung teringat ibu saya di rumah. Saya kembali
menerjang banjir berjarak sekitar satu kilo meter. Alhamdulillah ibu saya masih
terselamatkan naik tangga bambu yang semula saya pakai untuk nyelamatkan
barang-barang ke atas," ujarnya.
Arif menceritakan ibunya bertahan selama enam jam di tangga
sebelum akhirnya dia bawa ke pengungsian bersama warga lain. Dia menggendong
ibunya sambil menyusuri jalan. Di tengah jalan, mereka bertemu tim SAR yang
berpatroli dengan perahu karet. Istianah dinaikkan ke perahu karet dan berhasil
diselamatkan.
Pantauan di rumah Istianah yang sangat sederhana itu, lantai
yang hanya di plester semen itu tampak licin dan masih ada lumpur bekas banjir.
Sebuah tangga yang menjadi tumpuan keselamatan ibunya masih tampak bersandar di
kayu atap rumah.
Beberapa barang rumah tangga seperti TV, kipas, dan pemanas
nasi tampak berada di atas sebuah papan. Papan itu ditaruh pada kerangka kayu
atap dalam rumah. Beberapa pakaian kasur tampak berserakan di meja. Tampak
adiknya Fitroh sedang berusaha menidurkan anaknya Khamim di atas dipan kayu
yang ditaruh di lantai berlumpur.
Dilansir dari : detik.com