Sering Terjadi Kebakaran, Kadin PolPP Kabupaten Ponorogo Imbau Warga Berhati-hati Menggunakan Api
PONOROGO (KR) – Di musim kemarau, kebakaran di Ponorogo
mulai semakin sering terjadi. Human error atau kesalahan oleh manusia
disebut-sebut sebagai penyebab hampir seluruh kebakaran yang terjadi di
Ponorogo selama Juni dan Juli 2019 ini.
Kepala Dinas Polisi Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran (Pol
PP dan Damkar) Kabupaten Ponorogo Supriyadi, mengatakan selama Juni dan Juli
sampai pertengahan bulan, dinas yang dipimpinnya telah mendapatkan panggilan untuk
mengatasi kebakaran sebanyak 15 kali.
“Artinya, bisa dikatakan tiap tiga hari sekali terjadi kebakaran,”
ungkapnya, Senin (15/7).
Memang, lanjutnya, tidak persis setiap tiga hari ada
kebakaran, namun kejadian ini semakin sering akhir-akhir ini. Bahkan, panggilan
memadamkan kebakaran tersebut pernah sampai empat kali dalam satu hari.
Karenanya, hal ini harus menjadi perhatian seluruh warga dan bukan hanya
tanggung jawab pemadam kebakaran.
Untuk penyebab kebakaran, Supriyadi menyatakan, hampir
seluruhnya adalah kesalahan manusia alias human error. Dicontohkannya,
kebakaran di Desa Watuagung, Kecamatan Badegan, beberapa waktu lalu ternyata
disebabkan oleh puntung rokok yang masih menyala alias uthis dan jatuh di atas
kasur. Akibatnya, satu rumah ludes diamuk si jago merah.
Di tempat lain ada kebakaran kandang sapi yang disebabkan
oleh bara api untuk berdiang yang tidak dimatikan. Bara yang ditinggalkan
begitu saja setelah dimanfaatkan untuk menghangatkan tubuh ternyata membesar
kembali dan membakar kayu kandang. Ada pula sebagian kecil kebun tebu yang
terbakar akibat pemkabaran sampah.
Bahkan SD Demangan 1, Kecamatan Siman, juga hampir terbakar
saat ada warga yang membakar sampah. Api untuk memusnahkan sampah ternyata
tidak terkendali dan hampir saja memusnahkan sebuah lembaga pendidikan.
“Maka kami himbau sungguh-sungguh kepada seluruh warga untuk
waspada dan berhati-hati dengan api. Jangan mainan dengan api. Kalau untuk
berdiang, menghangatkan badan ya jangan ditingggal begitu saja kalau sudah
selesai. Dimatikan, disiram air lah. Membuat uthis juga jangan ngawur. Membakar
sampah juga ditunggui sampai selesai, jangan ditinggal begitu saja,” ujarnya.
“Sebab di musim kemarau ini, semua benda lebih cepat kering.
Daun-daun jatuh, batang kayu, sampah, dan semuanya lah, lebih mudah terbakar.
Kena api sedikit saja bisa cepat membesar,” imbuhnya.
Soal armada mobil pemadam, Supriyadi menyebut saat ini
pihaknya memiliki tiga unit mobil damkar. Satu unit yang selama ini tidak
dioperasikan sudah bisa diperbaiki dan mampu untuk diajak memadamkan kebakaran.
“Tapi sifatnya sebagai unit pelapis. Sebab tidak lagi mampu melaju kencang
seperti armada damkar yang baru,” pungkasnya.
Dilansir dari : https://ponorogo.go.id