Berita Utama

[News][bleft]

Sari Berita

[Sekilas][twocolumns]

PAHLAWAN MASA KINI







Dra. Agnes Adhani, M.Hum
Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unika Widya Mandala Madiun
 


Pahlawan selalu identik dengan pejuang yang gugur di medan perang dan sejenisnya yang heroik dan diukir dalam sejarah, khususnya sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Namanya diterakan sebagai nama jalan di seluruh Indonesia. Pahlawan besar akan ditorehkan sebagai nama jalan protokol di kota-kota, seperti Jenderal Sudirman, Diponegoro, Soekarno-Hatta. Juga pahlawan besar di kota tertentu, misalnya Slamet Riyadi sebagai nama jalan protokol di Kota Surakarta. Yos Sudarso di Kota Salatiga.Di Madiun ada nama-nama jalan yang memberikan penghargaan kepada pahlawan daerah yang berasal dari Madiun, seperti Sompil Basuki, Suhut Nosingo, Husein Palila, Praka Tambi, Kapten Saputro, Kapten Wiratno. Pahlawan-pahlawan masa lalu ikut mengukir sejarah Indonesia dan diperkenalkan kepada generesi penerus melalui pelajaran Sejarah.
Pahlawan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai ’orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani, hero’.Nilai kepahlawanan digambarkan dengan (1) keberanian, (2) keperkasaan, (3) kerelaan berkorban, dan (4) kekesatriaan. Tidak setiap pahlawan mengandung keempat nilai kepahlawanan tersebut. Sebagai contoh, Jenderal Sudirman tidak bisa menunjukkan keperkasaan fisiknya, karena selama perjuangannya Beliau sakit dan harus ditandu. Walaupun demikian tidak ada pihak yang meragukan kepahlawanan Jenderal Sudirman.
Kalau melihat gambaran pahlawan yang melekat dalam pemahaman banyak orang, saat ini tidak akan ada pahlawan yang heroik. Lalu bagaimana peringatan Hari Pahlawan tahun ini?
Reaktualisasi kepahlawanan Bung Tomo dan kawan-kawan yang secara heroik mempertahankan Surabaya sebagai bagian dari NKRI dari pendudukan Belanda layaklah bila tema peringatan Hari Pahlawan 2019 adalah “Aku Pahlawan Masa Kini”. Tema tersebut mengisyaratkan bahwa setiap warga negara bisa menjadi pahlawan. Tentunya tidak dengan berdarah-darah melawan senjata Belanda bersama Inggris dengan bambu runcing serta semangat yang digelorakan oleh Bung Tomo: “Merdeka atau Mati!”.
Keberanian dan kerelaan berkorban sebagai nilai kepahlawanan bisa kita wujud nyatakan dalam diri kita masing-masing. Sebagai seorang ibu yang dengan keberanian dan rela berkorban demi masa depan anak-anaknya. Dini hari para perempuan pergi ke pasar untuk kulakan dan dimuatkan di atas bronjong pada sepeda atau sepeda motor kemudian berkeliling menjajakan dagangannya, rela berkorban mengurangi tidur malamnya, menahan dingin, lelah, dan lapar, demi asap dapur mengepul dan membeayai anak-anaknya adalah pahlawan ekonomi keluarga.Para lelaki yang ke sawah, ke kantor, ke laut, ke jalan, ke bangunan, dan lain-lain demi menafkahi keluarga adalah pahlawan. Para siswa danmahasiswa yang dengan tekun dan giat belajar demi masa depannya dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, ketangguhan, profesional, dan humanis adalah calon-calon pahlawan.
Menjadi pahlawan hendaknya menjadi passion setiap orang dengan memperjuangkan nilai-nilai luhur: jujur, tangguh, nasionalis, cinta tanah air, membenci ketidakadilan, kemiskinan, kebodohan, kekerasan, narkoba, pornografi, primordialisme, radikalisme, hedonisme, dan individualisme.
Marilah dimulai dari diri sendiri, saat ini untuk menjadi pahlawan masa kini, yang dengan gagah berani berjuang dan rela berkorban bagi NKRI yang berbhineka tunggal ika berdasarkan Pancasila. Bisa menghayati dan mewujudnyatakan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari adalah pahlawan masa kini. Marilah berjuang menjadi pahlawan sesuai dengan profesi dan talenta kita masing-masing. Obor semangat kepahlawanan harus tetap menyala dalam diri setiap warga negara, agar NKRI tetap jaya.
Selamat Hari Pahlawan 2019! Mari berjuang menjadi Pahlawan Masa Kini!

IKLAN

Recent-Post