Oleh : Dra. Agnes Adhani, M.Hum
LATAH dalam bahasa Indonesia memiliki beberapa makna yang cenderung negatif, salah satunya ‘meniru-niru sikap, perbuatan, atau kebiasaan orang atau bangsa lain’. Latar terjadi juga dalam penggunaan bahasa. Kelihatannya pelaku latah berharap akan dianggap wah dan gaul, walaupun kadang justru menunjukkan kekerdilan pribadi.
SALAH SATU contoh adalah “Madiun Coolinary Fertival 2022”. Dalam bahasa Inggris coolinary berarti ‘pendingin’ dan culinary bermakna ‘kuliner, yang berhubungan dengan dapur atau masakan’. Dalam bahasa Inggris terdapat bentuk cool yang bermakna ‘dingin atau sejuk’. Namun dalam bahasa pergaulan kata cool yang digabungkan dengan cowok, menjadi cowok cool dimaknai sebagai cowok yang ‘keren’, karena berwajah dingin, cuek, dan membuat para cewek klepek-klepek.
PENGGUNAAN coolinary dalam Madiun Coolinary Festival 2022 apakah terjadi kesalahan karena latah, bergaya asing, karena maknanya ‘pendingin’ atau bergaya bahasa gaul sehingga bermakna ‘Festival Kuliner Keren Madiun 2022’ atau ‘Festival Kuliner Madiun 2022’. Sebagai lembaga pemerintah, selazim dan setaklimnya Pemkot Madiun menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, kalaupun menggunakan bentuk bahasa asing tentu juga yang baik dan benar. Bagaimana bila penggunaan bentuk kegiatan peringatan hari jadi Kota Madiun itu menjadi “Festival Kuliner Madiun 2022” atau Madiun Culinary Festival 2022.
SELAIN itu tema peringatan hari jadi Kota Madiun ke-104 “GASS EKONOMI STOP! COVID” yang bermakna harapannya ekomoni digas dan covid distop dengan menggunakan bahasa Inggris tentunya ditulis dengan GASS ECONOMIC STOP COVID! atau EKONOMI DIGAS COVID DISTOP! Kehadiran tanda seru (!) yang melekat pada stop! Juga terasa menganggu karena memang tidak selayaknya melekat dengan stop, karena yang distop adalah covid.
CONTOH latah atau salah atau latah yang salah perlu dicermati berbagai pihak. Karena latah yang salah bila dibiarkan akan dianggap biasa, yang dikenal sebagai salah kaprah. Bentuk yang salah namun digunakan secara berulang dan dipakai secara meluar dianggap sebagai “ya memang seperti itu biasanya”. Penggunaan memasak nasi alih-alih memasak beras, menjerang teh alih-alih menjerang air.
LATAH atau abai terhadap penggunaan bahasa dipengaruhi oleh sikap bahasa. Sikap positif bahasa ditandai dengan sikap bangga bahasa, setia bahasa, dan sadar akan adanya norma bahasa dengan perilaku penggunaan bahasa dengan baik, benar, santuk, cermat, dan peduli bila terjadi penyimpangan atau kesalahan.
SETIAP hari penulis berusaha untuk meluruskan satu penggunaan bentuk baku yang biasanya tidak cermat dipakai, seperti risiko bukan *resiko, persentase bukan *prosentase atau prosentasi, hakikat bukan *hakekat, karier bukan *karir, analisis bukan *analisa.
MARI kita awali dari diri sendiri, saat ini berusaha menggunakan bahasa Indonesia yang baik, benar, dan santun. Boleh menguasai bahasa asing, tetapi tetap harus memperhatikan kaidah yang baik, benar, dan santun.
Selamat hari jadi Kota Madiun ke-104.