Berita Utama

[News][bleft]

Sari Berita

[Sekilas][twocolumns]

Pagelaran Wayang Thengul Desa Rejomulyo Tak Pernah Absen setiap Ada Upacara Nyadran

NGAWI (KORAN KRIDHARAKYAT.COM) - Ada yang berbeda dalam perayaan Nyadran atau Bersih Desa di Desa Rejomulyo, Kecamatan Karangjati. Jika biasanya pertunjukan wayang kulit menjadi sajian utama, kali ini masyarakat disuguhi Wayang Thengul.


Kesenian ini menggunakan boneka kayu, di mana bagian bawah dan kakinya dibalut dengan pakaian, sementara dalang menggerakkan boneka dari dalamnya. "Tradisi ini merupakan pesan dari sesepuh kami bahwa pertunjukan wayang harus dengan wayang thengul," kata Sukamto, Sekretaris Desa Rejomulyo.



Wayang thengul telah menjadi kesenian yang populer di Rejomulyo dan desa-desa sekitarnya. Tradisi ini dilestarikan secara turun-temurun, bahkan para pemuda desa ikut terlibat dalam pementasan. "Para sinden dan penabuh gamelan juga banyak yang masih muda, supaya tradisi ini terus lestari," tambahnya.


Pagelaran wayang thengul dimulai pada siang hari dan berlanjut hingga malam usai Isya. Selain sebagai bagian dari budaya, acara ini juga memberikan dampak positif pada perekonomian warga. Banyak pedagang kecil yang membuka lapak di sekitar lokasi acara, khususnya di area depan makam Eyang Jeplak. "Ini juga mendorong produktivitas ekonomi masyarakat, terutama bagi pedagang kecil," jelas Sukamto.



Tradisi Nyadran di Desa Rejomulyo dilaksanakan di area makam Eyang Jeplak, Dusun Sumberan 2. Warga desa mengikuti kegiatan ini dengan antusias setiap tahun, tepatnya pada Jumat Pahing bulan September. Pemilihan waktu ini sengaja diatur agar tidak berbenturan dengan perayaan Agustusan, sehingga kesakralan Nyadran tetap terjaga. "Acara ini penting untuk memohon keberkahan bagi kehidupan desa, baik dalam bidang ekonomi, pertanian, maupun kondusifitas," tutur Sukamto.


Eyang Jeplak diyakini sebagai leluhur Desa Rejomulyo, yang dikenal sebagai salah satu pahlawan di masa lampau. Menurut cerita, Eyang Jeplak dan Soso Truno adalah tokoh dari Kerajaan Mataram kuno. Mereka singgah di Desa Legundi sebelum akhirnya menetap di Rejomulyo, dan Eyang Jeplak dimakamkan di sana. "Hingga akhir hayatnya, Eyang Jeplak dimakamkan di sini," pungkas Sukamto. Demikian sebagaimana diinformasikan oleh Radar Madiun. (KR-FEB/AS)

IKLAN

Recent-Post