Wisata Edukasi Libatkan Lintas Generasi Ikuti Jelajah Situs Jejak Sejarah Ponorogo
PONOROGO (KORAN KRIDHARAKYAT.COM) - Peminat sejarah di Ponorogo muncul dari berbagai kalangan. Mulai mahasiswa hingga anggota komunitas yang juga melibatkan anak-anak dari generasi Alpha. Tak kurang dari 90 peserta dari lintas generasi mengikuti Jelajah Situs Jejak Sejarah Ponorogo atas inisiasi Pamong Wengker dan Tim Cagar Budaya Ponorogo, Minggu (24/08/2025) lalu. Bupati Sugiri Sancoko memberikan apresiasi tinggi terhadap aktivitas wisata edukasi ke sejumlah lokasi bersejarah itu. ‘’Keren, saya salut dan kagum melihat rombongan yang begitu beragam, bahkan ada generasi sangat muda yang ikut serta,’’ kata Kang Giri saat memberangkatkan rombongan dari halaman depan Pringgitan.
Di antara rombongan ada mahasiswa program studi Sejarah dan Peradaban Islam UIN Ponorogo, serta pemerhati sejarah dari komunitas Jawa Kuno Kulon Wilis dan komunitas Ruang Desa. Mereka mengunjungi Museum Transit, kemudian berlanjut ke Makam Bathoro Katong, Situs Gunung Gae di Desa Ngrupit (Jenangan), Masjid Kiai Kholifah (Sampung), Situs Dusun Medang, dan Cerobong Asap di Sampung.
Menurut Kang Giri, mencintai sejarah dan menghargai leluhur bukanlah soal romantisme masa lalu, melainkan fondasi dalam membentuk jati diri. Pemkab Ponorogo saat ini tengah merintis pembangunan Monumen Reog dan Museum Peradaban di Kecamatan Sampung. Keberadaan museum akan menjadi pusat edukasi sejarah dan budaya. Sebagai tahap awal, Kang Giri telah menyulap Gedung Pusdalops menjadi Museum Transit untuk menampung artefak sebelum menjadi koleksi Museum Peradaban. ‘’Proses pengumpulan artefak terus dilakukan,’’ jelasnya.
Bupati Ponorogo dua periode itu sempat mengungkapkan kegelisahannya hilangnya pelajaran tentang sejarah lokal, budi pekerti, dan sopan santun di satuan pendidikan tingkat dasar. Kang Giri mengajak kalangan akademisi untuk meneliti sejarah Ponorogo secara lebih mendalam. Ia menilai banyak warisan sejarah yang selama ini terkubur, hilang, atau bahkan dibelokkan. “Kita mulai dari nol, dari akarnya. Semua sejarah yang ada perlu diteliti sedalam-dalamnya,’’ ungkapnya.
Kang Giri berharap berharap Jelajah Situs Jejak Sejarah tidak hanya menjadi event sesekali. Namun, perlu digelar secara rutin setiap bulan dengan destinasi yang berbeda-beda. Jika anak-anak sedari dini mengenal sejarah Batoro Katong, pesantren di Tegalsari, Medang Kamulan di Sampung, hingga Sirah Ketheng, maka akan muncul pemahaman bahwa mereka lahir dari bangsa yang besar. ‘’Kegiatan ini harus terus berjalan, show must go on. Kita harus melangkah maju menuju peradaban yang kokoh dan berakar,” tandasnya.
Titis Mursito, koordinator Jelajah Situs Jejak Sejarah, mengungkapkan bahwa sudah kali kelima menggelar kegiatan serupa. Lokasi kunjungan berbeda-beda karena banyaknya situs bersejarah di Ponorogo. Destinasi wisata sejarah yang beragam itu menjadi daya tarik tersendiri. ‘’Masih banyak situs sejarah di Ponorogo yang belum dikenal masyarakat secara luas dan tidak mungkin selesai dalam sehari kunjungan,’’ ujar Titis sembari berharap wisata edukasi itu tergelar setiap bulan. Demikian sebagaimana diinformasikan oleh Dinas Kominfo Kabupaten Ponorogo. (KR-FEB/AS)